Kamis, 18 Juli 2013

PERANAN KAWANUA / TOU MINAHASA DALAM PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA

Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob RatuLangie (Sam Ratulangi)
Pahlawan Nasional Indonesia
TTL : Tondano, 5 November 1890
TTM : Jakarta, 30 Juni 1949
Ia adalah tokoh utama Minahasa abad ke-20. Merupakan orang Indonesia pertama yang meraih doktor dalam ilmu pasti dan alam. Menerbitkan majalah National Comentaren serta menjadi redakturnya tahun 1938-1942 yang terkenal, dan dengan tulisannya mempengaruhi golongan intelektual agar cinta tanah air. Pendiri partai Persatuan Minahasa lalu menjadi Sekretaris Minahasaraad. Saat menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat Hindia-Belanda) mewakili Minahasa, ia sering mengucapkan pidato yang mengecam politik pemerintah Hindia Belanda. Karena sikap non-koperatifnya, ia ditangkap pemerintah Hindia-Belanda pada Januari 1941. Baru dibebaskan saat Jepang menduduki Indonesia.
Aktivitas politiknya semakin hebat menjelang dan sesudah kemerdekaan RI. Duduk sebagai anggota PPKI kemudian pada 18 Agustus 1945, kemudian diangkat jadi Gubernur pertama Provinsi Sulawesi di Makassar. Om Sam ditangkap Belanda dan dibuang ke Serui dan Biak Papua pada 5 April 1946. Tapi di tempat pembuangan ia melatih para kader nasionalis Papua. Pada Agustus 1948 ia dibebaskan dan kembali Yogya. Pada Desember 1948 ia dan para petinggi RI ditangkap saat Agresi Militer Belanda ke-2. Ia meninggal dunia karena sakit dengan status sebagai seorang tahanan musuh (Belanda).

Lambertus Nicodemus Palar
(Babe Palar / Nico Palar)
TTL : Rurukan – Tomohon, 5 Juni 1900
TTM : Jakarta,
13 Februari 1981
Setelah Perang Dunia II berakhir, menjadi anggota Parlemen Kerajaan Belanda Tweede Kamer di Fractie Social Demokratisch Arbeiders Party. Saat pecah perang antara tentara NICA Belanda dengan pejuang kemerdekaan RI, ia menuju Indonesia dan mengundurkan diri dari anggota Parlemen Belanda tahun 1947, lalu diangkat oleh Pemerintah RI menjadi Juru Bicara RI di PBB pada 1947-1950. Nico memperjuangkan kedaulatan Kemerdekaan Indonesia di depan Dewan Keamanan PBB. Tahun 1950-1953 diangkat jadi Wakil Tetap RI yang pertama sebagai Duta Besar Luar Biasa & Berkuasa Penuh (Dubes) untuk PBB. Tahun 1953-1956 diangkat menjadi Dubes RI untuk India. Tahun 1956 menjadi Dubes RI untuk Jerman Barat dan juga Uni Sovyet. Tahun 1957-1962 diangkat menjadi Dubes RI untuk Kanada. Tahun 1962-1964 diangkat untuk kedua kalinya sebagai Wakil Tetap Republik Indonesia di PBB sampai RI menarik diri dari keanggotaan PBB pada tahun 1964, kemudian tahun 1964-1967 menjadi Dubes RI untuk Amerika Serikat. Ditawari oleh universitas swasta di Amerika Serikat sebagai Guru Besar (Profesor) dan diterimanya serta mengajar selama beberapa tahun.

Mr. Alexander Andries Maramis (Alex)
TTL : Paniki Bawah – Manado, 20 Juni 1897
TTM : Jakarta , 31 Juli 1977
Tahun 1945 menjadi anggota BPUPKI kemudian menjadi PPKI dalam Panitia 9 dan menandatangani Piagam Djakarta yang kontroversial itu. Dalam Kabinet Presidensial Pertama ia jadi Menteri Negara Kabinet RI pertama antara 19 Agustus 25 September 1945, Menteri Keuangan kedua sejak 25 September 1945. Tahun 1947 dalam Kabinet ke-5 RI (Kabinet Amir Sjarifuddin I) sebagai Menteri Keuangan mewakili PNI. Tahun 1947-1948 dalam Kabinet ke-6 RI (Kabinet Amir II) juga sebagai Menteri Keuangan mewakili PNI. Tahun 1948-1949 dalam Kabinet Hatta Pertama (Presidentil Kabinet) jadi Menteri Keuangan. Tahun 1948-1949 saat Agresi Militer Belanda ke-2 duduk dalam Kabinet Darurat Pemerintah Darurat RI (PDRI) sebagai Menteri Luar Negeri. Tahun 1949, jadi Dubes di Filipina, lalu jadi Dubes di Jerman Barat 1953, terakhir jadi Dubes di Moskow 1955. Pensiun tahun 1958 dan menetap di Swiss.

Mr. Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu (Arnold)
TTL : Manado, 4 Desember 1896
TTM : Jakarta, 5 September 1983
Dikenal anti-Belanda & buronan pemerintah kolonial. Jadi aktivis Jong Minahasa 1919-1920 & Jong Celebes 1927, partai Persatuan Minahasa 1927-1930. Pada 1947-1949 jadi Anggota Parlemen NIT (Ketua Fraksi Progresif). Memprakarsai dan memimpin Goodwill Mission Parlemen NIT ke Yogyakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia Serikat (menyebabkan NIT bubar dan bergabung dengan NKRI). Pada bulan Desember 1949–1950 menjadi Menteri Penerangan Kabinet RIS (Pertama & Terakhir), tahun 1951-1952 menjadi Menteri Penerangan Kabinet Sukiman-Suwirjo, dilanjutkan tahun 1952-1953 sebagai Menteri Penerangan pada Kabinet Wilopo. Tahun 1953-1955 jadi Dubes RI di Beijing Cina, lalu 1956-1959 sebagai Anggota Konstituante RI. Jadi Rektor Universitas Hasanuddin 1960-65 dengan gelar Guru Besar (Profesor) & mendirikan beberapa fakultasnya. Jasanya yang terbesar dalam revolusi Indonesia adalah perang urat saraf dengan pegawai tinggi Hindia Belanda.

Arie Frederick Lasut
Pahlawan Nasional Indonesia
TTL : Kapataran – Tondano, 6 Juli 1918
TTM : Pakem – Yogyakarta, 7 Mei 1949
Jadi salah satu pimpinan laskar KRIS Yogya, sebagai Komandan Kompi Berdiri Sendiri dalam Brigade XVI/ KRU X. Pada 16 Maret 1946 dalam usianya ke-28 tahun, diserahi tugas sebagai Kepala Jawatan Tambang dan Geologi RI di Bandung. Waktu itu pihak Belanda ingin menguasai dokumen dan data tentang masalah pertambangan dan geologi di Indonesia. Arie diancam agar menyerahkan dokumen itu. Karena tidak berhasil, pihak Belanda mengubah taktik dengan membujuk dan menjanjikan pangkat tinggi serta gaji besar. Inipun tidak berhasil. Ia berpindah-pindah tempat, terakhir ke Yogya. Ketika Belanda menduduki Yogya tahun 1949, ia ditangkap dan dibawa ke desa Pakem di utara Yogya. Seregu tembak KNIL mengeksekusinya tanggal 7 Mei 1949.

Mayjen Hein Victor Worang (Kembi)

Komandan Batalyon Worang
TTL : Tountalete – Tonsea, 12 Maret 1919
TTM : Jakarta, 13 Februari 1982
Tahun 1945 Kembi Worang menjadi kepala pasukan dalam Pemuda RI Sulawesi (PRI-SAI). Pada Oktober 1945 PRI Barisan Istimewa dibentuk dengan pemimpin antara lain Worang. Pasukannya bertempur di Jawa Timur melawan Inggris dan NICA Belanda. Tahun 1949 ia memimpin batalyon sendiri (berpangkat Mayor). Pada Mei 1950 membantu Batalyon 3 Mei mencegah Sulut bergabung dengan NIT & pengaruh NICA. Bulan September 1950 pasukannya berangkat ke Ambon menumpas gerakan Republik Maluku Selatan. Tahun 1953-1954 membersihkan gerakan pemberontak Darul Islam DI/TII di Sulawesi Selatan.

Mayor Daniel Elias Mogot (Daan Mogot)
Pendiri / Direktur Pertama Akademi Militer Tangerang
TTL : Manado, 28 Desember 1928
TTM : Tangerang, 25 Januari 1946
Daan Mogot masuk PETA dengan memalsukan umurnya (14 tahun) tahun 1942, lalu jadi pelatih anggota PETA di Bali & Jakarta. Seusai Perang Dunia II, ia menjadi Komandan TKR di Jakarta berpangkat Mayor. Bulan November 1945 jadi pendiri dan Direktur Pertama Akademi Militer Tangerang (MAT) berusia 17 tahun. Gugur di Hutan Lengkong bersama 36 orang lainnya dalam pertempuran saat melucuti senjata tentara Jepang di tangsi mereka di hutan Lengkong – Tangerang.

Kolonel TNI Alexander Evert Kawilarang (Alex)
Panglima Divisi Siliwangi & Indonesia Timur
TTL : Meestercornelis Batavia, 23 Feb 1920
TTM : Jakarta, 6 Juni 2000
Pada 1945 jadi opsir penghubung dengan pasukan Inggris di Jakarta berpangkat Mayor (berusia 25 tahun). Menjadi Kepala Staf Resimen Bogor - Divisi II Jawa Barat berpangkat Letkol. Tahun 1946 jadi Komandan Resimen Infanteri Bogor. Sejak Agustus 1946-1947 jadi Komandan Brigade II/Suryakencana di Sukabumi – Bogor. Tahun 1948-1949 jadi Komandan Brigade I/Divisi Siliwangi, menjadi Komandan Sub Teritorium VII/Tapanuli. Pada 1949-1950 jadi Gubernur Militer Aceh & Sumatera Utara, lalu jadi Komandan Territorium I/Sumut berpangkat Kolonel (usia 29 tahun). Tahun 1950 jadi Panglima Tentara & Territorium I (TT-I)/Bukit Barisan di Medan. Sebagai Panglima Operasi Pasukan Ekspedisi di Indonesia Timur sejak 15 April 1950. Tahun 1950-1951 jadi Panglima Komando TT-VII/Indonesia Timur di Makassar. Tahun 1951-1956 menjadi Panglima Komando TT-III/Siliwangi di Bandung dan tahun 1956-1958 menjadi Atase Militer RI di Washington, DC. AS berpangkat Brigjen (lokal).

Kolonel Jacob Frederik Warouw (Joop)
Panglima TT-VII/Wirabuana
TTL : Batavia, 8 September 1917
TTM : Tombatu, Oktober 1960
Tahun 1945 menjadi Wakil Pimpinan Bagian Pasukan PERISAI (Pemuda RI Sulawesi) merangkap Kepala Barisan PRI Sulawesi (PERISAI) bulan Oktober 1945, lalu jadi salah satu Komandan Barisan Istimewa PERISAI. Tahun 1946 jadi Kepala Staf Divisi VI Tentara Laut RI (TLRI) di Lawang-Jawa Timur berpangkat Letkol (berumur 28 tahun). Pada 1946-1948 menjadi Wakil Komandan/Kepala Staf ALRI Pangkalan X di Situbondo Jatim (ex Divisi VI ALRI). Tahun 1948-1950 Komandan Brigade XVI di Yogyakarta. Tahun 1950-1952 sebagai Komandan Komando Pasukan (Kompas) B – Sulut & Maluku Utara di Manado, lalu jadi Komandan Kompas D – Maluku Selatan di Ambon, serta Komandan Kompas A – Sulsel di Makassar. Tahun 1952-1953 jadi Kepala Staf TT-VII/Indonesia Timur. Tahun 1954-1956 Panglima TT-VII/Wirabuana berpangkat Kolonel. Tahun 1956-1958 sebagai Atase Militer – Kedubes RI di Beijing Cina.

Letkol Herman Nicolas Ventje Sumual
Komandan KRIS Yogyakarta
TTL : Remboken/Minahasa, 11 Juni 1923
Tahun 1945-1948 jadi perwira penghubung KRIS di Jakarta. Setelah pindah di Yogyakarta, jadi Pucuk Pimpinan Laskar "KRIS" di sana. Jadi perwira Staf Brigade-XII (ex Laskar KRIS) di Yogya. Tahun 1948-1950 jadi Kepala Staf KRU-X (ex Brigade XII). Tahun 1948 jadi Kepala Staf Brigade-XVI (ex KRU-X) di Yogya. Tahun 1949 jadi Komandan SWK-103A/WK-III di Yogya. Dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, sebagai Komandan SWK-103A/Yogyakarta Barat WK-III, memimpin serangan dari arah barat serta berhasil menyerang markas besar tentara Belanda (T-Brigade) di tengah kota Yogya. Menjadi perwira Komando Pasukan Sulut & Maluku di Manado, lalu menjadi Komandan Kompas B SU-MU di Manado (RI-24). Tahun 1952-1953 menjadi Kasi-I Inspektorat Infanteri AD di Bandung, tahun 1953-1956 menjadi Komandan Latihan & Inspektur Pendidikan di Bandung.

Robert Wolter Mongisidi (Bote)
Pahlawan Nasional Indonesia
TTL : Malalayang, 14 Februari 1925
TTM : Makassar, 5 September 1949
Tahun 1945 jadi Sekretaris LAPRIS (Laskar Pejuang Republik Indonesia Sulawesi) di bawah pimpinan Ranggong Daeng Romo. Dua kali tertangkap oleh NICA, pertama bulan Februari 1947, namun berhasil melarikan diri dari penjara. Oktober 1947 tertangkap lagi. Pahlawan Sulsel asal Bantik ini ditembak mati di hadapan regu tembak tentara NICA-KNIL dalam umur 24 tahun. Di dalam Alkitab yang dipegangnya ada kertas bertulis “Setia hingga terachir didalam kejakinan” tertanggal 5 September 1949.

Letkol Charles Choesoy Taulu (Chalie)
Pahlawan Peristiwa Merah Putih 1946
TTL : Kawangkoan, 20 Mei 1909
TTM : Jakarta, 20 Mei 1969
Setelah Jepang kalah perang, ia melanjutkan dinasnya di dalam KNIL pada tanggal 12 Oktober 1945 setelah Pemerintahan Sipil Hindia Belanda (NICA) mengambil alih kekuasaan. Saat itu ia berpangkat Furir di kesatuan KNIL Kompi VII di Manado. Pada 14 Februari 1946 menggerakkan anggota KNIL yang pro-RI untuk menguasai Tangsi KNIL di Teling Manado dan mengadakan kudeta. Pagi dan siang harinya diadakan perebutan kekuasaan di beberapa kota di Minahasa. Kemudian diangkat menjadi Komandan Tentara Republik Indonesia Sulawesi Utara (TRISU). Kekuasaan orang-orang Merah Putih ini hanya bertahan selama 25 hari hingga 11 Maret 1946 & NICA berkuasa kembali di Minahasa akibat pengkhianatan serta jebakan licik Belanda.

Bernard Wilhelm Lapian
Pahlawan Peristiwa Merah Putih 1946
TTL : Kawangkoan, 30 Juni 1892
TTM : Jakarta, 5 April 1977
Tahun 1933 jadi pendiri KGPM, sebuah gereja berpaham nasionalis. Jadi anggota Minahasaraad lalu Volksraad (Dewan Rakyat Hindia Belanda). Tahun 1945 jadi anggota Panitia Badan Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (BPPKI) di Tondano. Tahun 1945-1946 menjadi Kepala Distrik Manado. Dalam Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 diangkat menjadi Kepala Pemerintahan Sipil Sulawesi Utara (Keresidenan Manado, meliputi Sulawesi Utara & Tengah). Tahun 1951-52 jadi Acting (pejabat) Gubernur Sulawesi di Makassar.

Letkol Adolf Gustaaf Lembong
TTL : Ongkau, Minsel,19 Oktober 1910
TTM : Bandung, 23 Januari 1950
Tahun 1943 ia pergi ke Filipina menjadi anggota pasukan sekutu ABDA (American, British, Dutch, Australia) berpangkat Letnan & bergerilya di hutan. Tahun 1947 dengan pangkat Kapten tentara sekutu menuju Jawa Timur & diserahkan kepada NICA lalu diturunkan pangkat jadi Letnan. Bergabung dengan Laskar KRIS. Tahun 1948 diangkat jadi Komandan Brigade XVI/Pasukan Seberang berpangkat Letkol. Ia sempat ditawan oleh Belanda di Ambarawa. Ia dipanggil Mabes TNI untuk menyusun rencana organisasi militer TNI karena ia berpengalaman di Filipina sebagai tentara sekutu untuk pendidikan setingkat kompi.Mendapat promosi untuk jadi Atase Militer RI di Filipina karena latar belakangnya saat Perang Dunia II di sana. Sebelum itu ia diangkat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Militer TNI-AD di Bandung. Ia tak sempat memegang jabatan itu karena sekitar seribu tentara APRA pimpinan Westerling menyerbu Bandung dan membantai beliau saat berada di kantornya di Markas Staf Kwartier Siliwangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar