Kamis, 18 Juli 2013

TENTANG KEPALA MINAHASA (S-W)



Mayoor Hendrik Supit. *)


SUPIT, Hendrik Jacob, (Tondano-Toulimambot 1802-Tondano-Toulimambot, 1865). Kepala Balak Tondano-Toulimambot dipilih penduduk 1846 lalu diperkuat dengan beslit Residen Manado 28/4 1846 Nomor 440 serta beslit Gubernur Maluku 31/3 Nomor 21 tahun 1848 menjabat hingga 1850. Memperoleh gelar kehormatan Mayoor. Disebut juga Mayoor Hendrik Werias Supit (Werias nama sebelum dibaptis Kristen oleh Pendeta Johann Friedrick Riedel). Ia awalnya menjabat sebagai Hukum Kedua, lalu menjadi salah seorang pemimpin Balak Tondano dalam pasukan Tulungan 1829 yang memerangi Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, sebagai utusan iparnya Abraham Lotulong yang sedang memerintah. Memimpin pasukan Tondano berkekuatan sekitar 120 orang. Peroleh pangkat sebagai Kapitein di dinas militer Hindia-Belanda, dimana dalam kontrak namanya ditulis Senghari Supit. Dari kisah-kisah keturunannya, Werias Supit adalah salah seorang tokoh yang menangkap Diponegoro. Rumahnya berada di Liningaan, namun hancur kena bom tahun 1945. Ia kawin dengan Helena Walalangi yang memiliki saudari yang menikah dengan Boeng Dirk Ratumbuysang Kepala Balak Tondano lain, yakni Petronela Walalangi dan kakak mereka dikawini Abraham Dotulong (Kepala Balak Tondano-Toulimambot 1825-1847). Dari istrinya Helena Walalangi, memperoleh tiga anak, yakni Sandrana Supit (dikawini Alexander Kawilarang), Apeles Hendrik Supit, dan putri lain yang dikawini Philip Sigar.
SUPIT, Jacob Mantilen, Kepala Tondano. Diangkat Residen Inggris Thomas Nelson 5 Agustus 1810 jadi Kepala Balak Tondano setelah usai Perang Minahasa di Tondano, sebagai kepala kaum pengungsi. Menjabat kepala balak hingga 1817 (tinggal di Toulimambot). Sebelumnya telah diangkat Residen Belanda Marinus Balfour sebagai pemimpin sementara Tondano (Touliang dan Toulimambot). Dibaptis di Manado tahun 1782 oleh Pendeta Ternate Ds.Johan Ruben Adams. Ia pun dikenal dengan sebutan Jacob Supit van Tanawangko, dan pernah menjabat Kepala Balak Tombariri, meski versi lain menolaknya. Anak Mamenkou dengan Tindin, keturunan Supit Sahiri dari istri Tondanonya bernama Riri. Menikahi pertama Ire Pangalila memberinya anak: Talian Supit, Elkana Supit, Sajendatu Adriaan Supit. Kawin kedua dengan Wulankoni (lain sebut Mina) Sangari, anak Sangari dan Rarimpatola, keturunan Maalangen. Dari istri keduanya memperoleh anak: Thomas Supit, Werias Supit alias Hendrik Supit dan bungsu Catarina Supit. Dirikan sejumlah negeri, seperti Touliang Oki di Kakas. Versi lain menyebut ia telah menjadi kepala balak sejak tahun 1807 di Tondano-Toulimambot menggantikan Sepang, serta terlibat aktif dalam perang Minahasa di Tondano 1808-1809. Sebelum Minawanua ditaklukkan, lari dan bersembunyi di Tetei Likupang. Kuburnya sekarang berada di tanah bekas milik Jacob Gerungan, tepi kuala Tondano, di sipat (selokan) selatan SMP Negeri 1 Tondano (eks lokasi Hoofdenschool), tanpa batu kubur. Saat Hoofdenschool didirikan atas pengawasan Opzieter Alex Gerungan, kubur tersebut berada di sipat antara dua kelas dan diberi bidang kosong yang menandakan lokasi kubur. Pernah diusulkan oleh keturunannya kepada Bupati Minahasa Drs.Karel Senduk untuk diberi batu penanda kubur tersebut, namun tersandung masalah hukum.
SUPIT, Tololiu, (meninggal 1769). Kepala Balak Ares. Diangkat Gubernur Maluku di Ternate Marthen Lelivelt tahun 1739 menjadi perantara dengan gelar Hukum Mayoor Kepala, sangat dekat dengan Residen Thomas Heymans, dan menjabat hingga dicopot tanggal 30 Juli 1743, karena laporan-laporan akan tindak-tanduknya. Kemudian tinggal sebagai kepala balak Ares. Putra Supit Sahiri Macex dengan istri Ares bernama Suanen. Putrinya bernama Marawulawan dikawini Lasut yang kelak menggantikannya sebagai kepala balak Ares. Sedang putri lainnya Wongkol Tololiu dikawini Xaverius Dotulong Kepala Balak Tonsea.
Supit Sahiri Macex. *)
SUPIT SAHIRI MACEX, Pacat, (Tomohon?-Tomohon Maret 1738). Tokoh tritunggal Minahasa. Kepala Balak Tombariri 1679-1738, Kepala Balak Tondano 1710-1730. Meneken Kontrak 10 September 1699, dan dihadiskan juga meneken kontrak sebelumnya pada 10 Januari 1679. Menjadi perantara Belanda dengan para kepala balak Minahasa, bergelar Hukum Mayoor Kepala 1689-12 Januari 1711. Waruganya berada di Katingolan lalu dipindah tahun 1845 ke depan gereja ‘Eben Haezar’ Woloan II Tomohon kini. Ia merupakan anak Posumah dengan Winuni, dan cucu Tonaas Lumi. Gelaran Sahirinya berarti saksi, sebagai saksi perjanjian dengan Belanda. Istri resminya tiga orang, yakni Laya, Woki Konda dan Suanen. Juga memiliki sejumlah istri tidak resmi. Versi lain 7 istri, selain Laya, Woki Konda dan Suanen, juga  Leonardi Parera (anak Kapten Portugis), Waar, Riri, dan Kaeruan. Dari Riri memperoleh anak bernama Nulu yang dikawini Rambek, serta menurunkan keluarga penguasa Supit di Tondano. Ada catatan usianya mencapai hampir 110 tahun, dan menjadi duta Minahasa ke Ternate mengundang Belanda.
TALUMEPA, Tokoh Tompaso yang mendirikan Rumoong Bawah di Amurang, dengan memimpin pemindahan penduduk dari negeri tua Winuaian di kaki gunung Lolombulan, diperkirakan abad ke-17.
TALUMEPA, Kepala di Balak Rumoong Bawah di Amurang tahun 1808, menjabat Kumarua.
TAMBAHANI, Dianggap sebagai tokoh Tondano yang berkuasa ketika Belanda tiba. Bergelar Hukum Mayoor Tondano tahun 1705. Ia pun dikisahkan yang menandatangani Kontrak 16 September 1699 di Manado. Leluhur Dr.Sam Ratulangi. Disebut sebagai cucu Singal dan Worek serta anak Tangkere dan Maningkut. Mengawini Iki dan berputri Lingkan.
TAMBAJONG, Hukum Besar Kepala Distrik Tombatu di tahun 1860 bergelar Mayoor. Ada menyebut sebagai saudara Mayoor Laatzaar Tambajong yang sementara memerintah di Tombasian, atau bahkan sebagai Jurian Benjamin Tambajong.
TAMBAJONG, Benjamin, Hukum Besar Kepala Balak Tombasian. Tanggal 20 Januari 1829 meneken kontrak bersama-sama Kepala Balak Sonder dan Rumoong di depan Residen Mr.Daniel Francois Willem Pietermaat untuk mengirim sebanyak 50 serdadu dalam pasukan Tulungan yang berangkat ke Jawa membantu Belanda memerangi Diponegoro. Dua anaknya berturut menggantikannya, yakni Jurian Benjamin Tambajong dan Laatzar Tambajong.
TAMBAJONG, Gerrit J., Kepala Distrik Sonder terakhir tahun 1911-1921, ketika distriknya digabungkan ke Kawangkoan, dimana ia menjadi Hukum Besarnya selang 1924-1927. Sebelumnya selang 1921-1924 sebagai Kepala Distrik Tondano. Ia pun pernah Hukum Kedua Remboken.
TAMBAJONG, J.L.‘Notji’, (9 Januari 1882-19 September 1944). Pamongpraja asal Amurang. Pernah menjabat sebagai Kepala Distrik di Tombasian, serta terakhir sebagai HPB (Hoofd van Plaatselijk Bestuur=Kepala Pemerintahan Sendiri). Tahun 1935 anggota Gemeente-Raad Manado dan Minahasa-Raad 1923-1929. Ia pun duduk sebagai pembantu di Pucuk Pimpinan KGPM 1933. 
Jan Tambajong. *)
TAMBAJONG, Jan Nicolaas, (Amurang 8 Oktober 1867-Amurang 30 November 1938). Hukum Besar Distrik Amurang (Tombasian) tahun 1897-1910, menggantikan P.B.Tambajong, lalu Hukum Besar Kakas-Remboken 1919. Sebelumnya pernah menjabat Hukum Kedua. Cucu Jurian Benjamin Tambajong. Duduk jadi anggota Minahasa-Raad 1919-1923 dari kiesdistrict (distrik pemilihan) Kakas-Remboken, dan juga periode 1942-1934. Kawin dengan Francina Everdina Lefrandt, dan peroleh 11 anak. Putra-putrinya disekolahkan semua, bahkan ke Jawa. Empat putrinya terkenal sebagai Tambajong Sisters. Salah seorang diantara putrinya Maria Catharina Josephine Tambajong diperistri Dr.Sam Ratulangi.
TAMBAJONG, Joost, (Amurang 1837-1902). Hukum Kedua Amurang, anak bekas Mayoor Tombasian Jurian B.Tambajong. Tamatan sekolah dasar Belanda (ELS) di Manado. Berusia 18 tahun berbicara Belanda dan pintar administrasi, ditemui Dr.W.R.Baron van Hoevell (1812-1879) di tahun 1855. Menjadi Hukum Kedua dibawah pamannya L.Tambajong. Kemudian sebagai Kepala Distrik Tombasian di tahun 1878 hingga 1885. Kawini Johanna Nicolina Agaats (meninggal 1916). Kuburnya bersama istrinya direnovasi kembali keturunannya Maret 2005 bersama-sama dengan kubur Jurian Benjamin Tambajong dan istri.
TAMBAJONG, Jurian Benyamin, Kepala Distrik Tombasian di tahun 1840, bergelar Mayoor. Tahun 1858 pindah jadi Kepala Distrik Tombatu. Kawini Rensina yang dibaptis Kristen bernama Martha Runtuwene, putri Kepala Balak Rumoong Mayoor Lao Runtuwene dan Montjing. Di Tombasian digantikan saudaranya Laatzar Tambajong.
Mayoor L.Tambajong. *)
TAMBAJONG, Laatzar, (Amurang 1821-9 Oktober 1884). Kepala Distrik Tombasian sejak 1853, dengan kemenakannya J.Tambajong sebagai hukum kedua. Tahun 1877 ikut memprotes pernyataan domein verklaring. Menjabat hingga tahun 1878, lalu diganti Joost Tambajong. Bergelar Mayoor. Namanya disebut juga sebagai Lazar, namun ada menyebut Lazarus.
TAMBAJONG, P.Benjamin, (Amurang 31 Oktober 1847-10 Agustus 1927). Hukum Besar Kepala Distrik Tombasian 1885-1897. Anak Mayoor L.Tambajong. Kawini E.Rambi, putri Mayoor Manuel Rambi.
TAMBOTO, Hukum Mayoor Balak Sarongsong ke-4, anak Mayoor Tongkotou, dan cicit Lontoh Tuunan (1), serta saudara sepupu dengan Lontoh Tuunan (2), yang juga menjadi besan dan pewarisnya.
TAMBUWUN, Kepala Balak Sonder 1750-1776, mengganti Lumanauw.
TANGKA WENUM, Kepala Balak Tondano-Touliang. Disebut berkuasa 1829-1844. Namanya sering disebut juga sebagai Tangka Wensen. Masanya Pendeta asal Jerman Johann Friedrich Riedel mulai berkarya di Tondano 1829.
P.M.Tangkilisan. *)
TANGKILISAN, MPA. Dr.Peils Mourits, (24 November 1914). Pamongpraja terkenal. Pendidikan: HIS dan OSVIA Makassar. Jadi Hukum Kedua Tombatu, Kakas, dan Kauditan tahun 1946. Lalu Hukum Besar Kepala Distrik Amurang 1946-1950. Menjadi anggota Dewan Minahasa (Minahasa-Raad) dan Mei 1949 dipilih sebagai anggota Senat Negara Indonesia Timur (NIT) mewakili Minahasa dan dilantik Presiden NIT 28 Mei 1949. Ketua Hoofdenbond, perkumpulan para kepala distrik, dan dua kali memimpin Minahasa sebagai Kepala Daerah Minahasa (KDM). Pertama, 20 Januari 1950-27 Agustus 1951, dan periode kedua, 9 Juni 1954-1 Juli 1954 selaku Pejabat KDM. Karirnya kemudian sebagai Residen Sulawesi Utara. Dapat tugas belajar di Amerika Serikat, raih gelar doktor ilmu administrasi negara dari Unpad 1962. Kemudian menjadi Walikota Jakarta Raya.
TANOR, Gerson Iverson, Mantan pamong-praja karir. Pernah Hukum Kedua seperti di Likupang 1951-1958 dan di tahun 1960-an Hukum Besar Kepala Distrik Ratahan. Ayah Dolfie Tanor, mantan Bupati Minahasa.
TANTERING, Salah seorang Tonaas yang dianggap sebagai pendiri Kawangkoan bersama-sama Karusa, Lalawi, Mangentas dan Rontos.
TARUMETOR, Pemimpin Remboken terkenal sakti. Menjadi kepala pakasaan. Dikisahkan sebagai anak tiri kepala pakasaan Tontemboan bernama Kaat. Ketika Bolaang dibawah Ramokian (salah seorang anak Ramapolii) bersama iparnya Panulogon menyerang Minahasa awal tahun 1600-an, dan bertahan di Mangket, dekat Kapataran, Tarumetor menyerbu, lalu membunuh Ramokian, serta merampas pedangnya, sedangkan Panulogon ditemukan telah tewas. Ia pun memimpin pasukan Remboken menghadapi Datu Binangkang (disebut versi setempat Ratuwinangkang, sebagai anak Panulogon dari istri Raunpo’ondou) yang menyerang Minahasa masa berikutnya. Versi lain sebut identik dengan Retor, pahlawan asal Pareipei yang beradu tanding dengan Tumalun, pahlawan Tomohon.
TAWALUYAN, Dotu Tondano, dihadiskan sebagai kepala Tondano ketika masih bertempat tinggal di timur laut kaki gunung Klabat, di negeri dinamai Lumiang Lumambot. Ketika berburu di sebelah barat daya, temukan dataran serta danau Tondano yang belakangan kemudian ditempati rakyatnya, dan dikenal sebagai Tondano sekarang. Negeri-negeri awal yang dibangun disebutkan Roong Wangko, Tutu dan Wanua Uru yang berada di kaki gunung Masarang (barat Tondano), serta di Werot dan Wanga (Talun Oki) dekat Papakelan (timur Tondano). 
TENDEAN, Kepala Balak Langowan, disebut yang meneken Kontrak 10 Januari 1679 mewakili Langowan.
TEWU, Disebut juga Teow Mamapekasa. Kepala Pakasaan Tondano, diperkirakan mulai tahun 1600 hingga 1630.
TEWU, Kepala Balak Tondano-Touliang di awal abad ke-19. Menjabat mulai tahun 1807. Ditahan Belanda 19 Oktober 1808. Ada catatan menjadi kepala Touliang bersama-sama dengan Sarapung, Matulandi dan Kepel. Pejuang perang Minahasa di Tondano. Versi menyamakannya dengan Tewu sebagai anak Inelewan dan Simbo serta cucu Rao (Rauw) dan Royang (tapi dihadiskan memerintah di tahun 1610). Tewu memperistri Toingki dan peroleh anak Moningkaling yang kawini Maas putri Matulandi. Kemudian putri bernama Peye’ dikawini Rumondor Ratumbuysang serta Koja dikawini Manampiring.
THOMAS, Th., Hukum Besar Kepala Distrik Manado. Tanggal 20 Agustus 1859 menerima penghargaan payung kerhomatan dari Residen Manado.
TICOALU, Kepala Balak Klabat di-Atas berkedudukan di Maumbi, mengganti ayahnya Makalew. Ia meneken perjanjian tanggal 14 September 1810 dengan Inggris, dimana balaknya harus memasukkan 3.600 gantang setahun.  
H.R.Ticoalu. *)
TICOALU, Drs. Hendrik 'No' Reingardt, (Kawangkoan Airmadidi 13 Desember 1916-20 Juli 1974). Pamongpraja karir. HIS Airmadidi 1930, OSVIA Makassar 1935 dan sarjana Sospol Unsrat 1966. Mulai sebagai pegawai pamongpraja di kantor Distrik Ton-sea 20 Oktober 1936-Maret 1938, Mantri Polisi pada Polisi Kota Manado dan AIB Amurang Maret 1938-1947. Hukum Kedua di Airmadidi, lalu 1928  di Tondano, 1946 di Manado Utara (catatan lain sudah sejak Jepang sebagai Huku Gunco), 1947 di Dimembe, dan Kepala Distrik Tomohon November 1949-1951. Pengurus Hoofdenbond dan terpilih menjadi anggota Dewan Minahasa (Minahasa-Raad) 1947 dan parlemen NIT tahun 1948 selama 2 kali. Kemudian Pejabat Walikota Manado, 29 Maret 1951-1 April 1952. Diperbantukan sebagai Patih pada KDM Minahasa Oktober 1951-Juni 1958. Kepala Daerah Minahasa (KDM), 1 November 1951-6 Agustus 1953. Diperbantukan pada Kantor Gubernur di Sulawesi Juni 1953, lalu Bupati Kepala Daerah diperbantukan pada Residen Koordinator Sulut di Manado. Bulan Desember 1956 kembali menjadi KDM, tapi tidak ditimbangterimakan. Sebagai Akting Residen Koordinator Sulut di Manado. Mei 1961 pegawai tinggi ketatapraja pada kantor gubernur kepala daerah Sulutteng. Kembali menjadi Pejabat Bupati Minahasa, 16 Oktober 1961-20 November 1961. Pegawai tinggi ketataprajaan Tkt I/Residen Koordinator Sulutteng di Palu Agustus 1963. Pegawai tinggi ketataprajaan/Residen diperbantukan di kantor Gubernur Sulut November 1967. Pegawai utama muda/Gubernur Muda dengan tugas Kepala Inspektorat Daerah pada Kantor Gubernur Juli 1968-Januari 1973. Kepala Kelompok Ahli pada Kantor Gubernur Januari 1973-20 Juli 1974, serta Rektor Universitas 17 Agustus Cabang Manado 1968 hingga meninggal. Dimakamkan di perkebunan Mapepem Kawangkoan Airmadidi. Terima Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden. Anak Hukum Tua Alexander Ticoalu.
TICOALU, Lukas, Hukum Besar Kepala Distrik Bantik hingga tahun 1914. Kawini putri Hukum Besar Arnoldus Mandagi. Ia menggantikan B.R.Dossah sebagai Hukum Besar Bantik. Disebutkan tokoh yang mendirikan Sea. Digantikan Petrus A.Mandagi.
Waruga Tinangon di Lolah Tua. *)
TINANGON, Hukum Mayoor Kepala Balak Tombariri 1750-1761. Anak Pacat Supit Sahiri dengan Woki Konda dan pengganti kakaknya Mongi. Kawin dengan Majokatiu dan berputra Taroreh. Karena kecewa Belanda tidak mau membangun jalan yang baik, ia menutup jalan ke ibukota Tombariri di Lolah (tua). Belanda menyiasati dengan suatu malam melemparkan uang-uang ringgit ke tengah-tengah bambu berduri yang mengelilingi Lolah. Lalu mereka datang menyuruh tebang bambu itu untuk mengambil uangnya. Ibukota Tombariri kemudian dipindah ke Tanawangko dan ia diganti kemanakannya Rengkung anak Mongi. Waruga Tinangon berada di bekas negeri tua Lolah.
TIRAJOH, Kepala Balak Tonsea di tahun 1700-an. Mengganti ayahnya Nelwan. Kemudian diganti oleh Xaverius Dotulong, sedang putranya Dumais menjadi Kepala di Kaasar/Karegesan. Cicitnya Lukas Wenas kelak berkuasa di Tomohon dan menurunkan keluarga Wenas yang terkenal.
Patung Tololiu.
TOLOLIU, Pemimpin suku Tombulu yang terkenal sakti. Disebut juga Tololiu Tua, dan merupakan leluhur dari Kepala Tomohon Mayor Ngantung Palar dan Tololiu Palar. Kuburnya dipercayai berada dibawah patung yang dibuat tahun 1974, juga sebuah waruga berlokasi berdekatan di Matani III. Ada menyamakannya dengan Mangangantung, pemimpin Tomohon awal setelah pindah dari Meiesu Kakaskasen, bahkan dengan Tumalun.
TOLOLIU, (TULULIO), Kepala Minahasa di awal abad ke-17. Ia ditemui Spandri (vandrig, Pembantu Letnan) Christoval Suares yang memimpin ekspedisi Spanyol kiriman Panglima Spanyol di Ternate Juan de Esquival (berkuasa 1606-1609) ke Manado bulan Agustus 1606. Ia disebut Raja Manado, masih alifuru dan berhasrat masuk Kristen. Utusan tersebut membawa cinderamata busana Spanyol, dan umumkan kemerdekaan mereka dari penjajahan Ternate, sekaligus menawarkan ‘perlindungan’. Kemungkinan besar adalah Kepala Ares dan atau Raja Bolaang Loloda Mokoagow. Versi Tombulu, identik dengan Tololiu, pemimpin besar suku Tombulu yang berkedudukan di Tomohon, yang ketika itu berkuasa juga atas pakasaan-pakasaan di Manado sebagai wilayah Tombulu.
TOMBOKAN, Kepala Pakasaan Tondano kedua, diperkirakan 1460-1490. Digelari Mamapekasa. Kisah lain kepala ketiga sesudah Tamburian dan menjabat selang 1490-1590.
TONGKOTOU, Kepala Balak Sarongsong (masuk Kota Tomohon kini) ke-4, menggantikan ayahnya Rondonuwu Lontoh. Cucu Lontoh Tuunan (1). Bergelar Hukum Mayoor. Diganti putranya Tamboto.
TOPURENDENG, Penghulu Kawangkoan. Masanya keluar Ombeng, Mabe, Osoh, Piay, Karingin, Lalawi, Tontering dan Ronto dirikan negeri-negeri Kinali, Kayuuwi, Lana, Kiawa, dan Matani. Digantikan Kiroiyan.
TOWOHINDAN, Seorang wanita yang dipercaya menjadi Kepala Ratahan, menggantikan Timpal. Kelak digantikan Londok yang datang dari Tewoh (Tonsea).
TUJU, Tonaas yang menjadi Kepala Balak Kawangkoan selang tahun 1804-1815. Ia digantikan Kapantouw.  
Johanis Tular. *)
TULAR, Johanis Herman ‘Nani’, (meninggal 1965). Mantan guru GMIM 1931. Lalu tergabung dalam perjuangan kelaskaran 1945-1949. Tahun 1950 dilantik sebagai anggota TNI, berpangkat Sersan Mayor, sebagai personil Batalyon 3 Mei Siliwangi 324. Kemudian jadi sipil sebagai Kepala Distrik Kedua Tomohon 1958 dan terakhir 1962 Kepala Distrik Tomohon. Nasibnya tidak diketahui.
TUMALUN, Pahlawan dan kepala Tomohon legendaris dari negeri lama Lingkongkong (kini masuk Matani) yang mengalahkan tokoh raksasa Remboken asal Pareipei bernama Malonda.
TUMBAIJLAN, Tambailan. Kepala Balak Langowan pengganti Robot.
TUMBELAKA, Tonaas Tontemboan yang disebut Lazar. Dianggap pendiri Tontemboan di Leler dekat Kiawa. Waruganya berada seputaran perkebunan Lepo utara Kelurahan Talikuran Kawangkoan. Di dekatnya juga terdapat waruga yang dipercayai sebagai kuburan Mamarimbing, Waraney, Rincim Mbene (Rincembene) dan Sela Liow.
TUMBELAKA, Daniel, Kepala Balak Rumoong di tahun 1808 beragama Kristen. Tahun 1810 ikut meneken Kontrak Perjanjian dengan Residen Inggris Thomas Nelson. Anaknya Andries Tumbelaka jadi ayah mantu Kepala Distrik Kawangkoan Mayoor Alanos Warokka.
TUMBELAKA, J.B., (Rumoong Bawah 24 Januari 1837-Bitung Amurang 18 Juli 1908). Kepala Tombasian di Amurang. Menjabat Hukum Kedua dibawah Kepala Distrik P.B.Tambajong yang juga merupakan sepupunya.
TUMBELWOTO, Dotu dianggap Kepala Pakasaan Sarongsong pertama datang dari Kinilow-Kakaskasen (Maiesu).
TUMBUAN, Gaspar, (1780-Mei 1864). Kepala Amurang. Pernah jadi Kepala Sarani. Dalam kuburnya ditulis Kepala Balak Sarani. Kawin dengan Antoineta Runtuwene.
TUMILAAR, Nicolaas Wilhelm, (meninggal 4 April 1842). Tonaas Tontemboan yang memimpin pemindahan penduduk dari Mawale (negeri lama) ke lokasi baru di Kawangkoan kini. Menjadi Kepala Balak Kawangkoan tahun 1830 mengganti Poluakan dan menjabat hingga meninggalnya. Ia diserani 1836 dan memperoleh gelar kehormatan Mayoor dari pemerintah Belanda.
TUMIWA, Kepala Balak Kawangkoan 1740-1760 menggantikan Lengkong.
TUYU, Kepala Balak Kawangkoan 1804-1815 menggantikan Rondonuwu. Ia meneken kontrak atas nama Kawangkoan dalam Kontrak dengan Residen Inggris 14 September 1810.
UMBAS, Kepala Balak Kawangkoan periode 1760- 1790 menggantikan Tumiwa. Ia kemudian diganti Rondonuwu.
WAJONG, Herrit Carl, Pamongpraja. Pernah Hukum Kedua Sonder. Anak Alexander Wajong dan cucu Herman Carl Waworuntu. Empat kali kawin. 1. Sigar, 2. Wakari, 3. Carolina Dotulong anak Semuel Dotulong dan ke-4 Leentje Paulina Dotulong, anak Tololiu Dotulong dan Elisabet Klein.

WAKKARY, Abraham Donatius, (Manado 15 Juni 1796-Manado 29 Maret 1868). Tokoh Minahasa dari Balak Negeri Baru (Manado). Dibaptis Kristen oleh Predikan Barent Abel Joost Coenders van Helpen. Sekolah umur 18 hingga 24 tahun di Manado. Tahun 1824 jadi serdadu dan ke Jawa ikut memerangi Pangeran Diponegoro. Pangkatnya naik dari ordonans, kopral, sersan, sersan mayor dan terakhir Groot Majoor dari kesatuan kavaleri (berkuda). Tahun 1830 masih sersan mayor terima Ridder van de Militaire Willemsorde klas 3, sebagai orang Minahasa pertama menerimanya. Tahun 1831 kembali ke Manado dan diangkat jadi Opziener, dan hingga 1850-an Wijkmeester Letter B Manado. Juga sebagai syamas gereja Protestan Manado.
WAKKARY, Donatius, Disebut sebagai Kepala Titiwungen di tahun 1808, ibunegeri Balak Negeri Baru. Menjadi salah seorang kaya-raya.
WAKKARY, L.A., Pejabat pribumi masa Belanda. Hukum Besar Kepala Distrik Manado di tahun 1914-1920. Tahun 1919 dipilih dari Kiesdistrict Manado sebagai anggota Minahasa-Raad hingga tahun 1924.
WAKKARY, Nicolaas Willem, Kepala Distrik Manado bergelar kehormatan Mayoor. Tahun 1895 bersama A.H.Supit dari Tondano mensurvei kondisi ekonomi di Priangan, Limbangan Garut dan Sukabumi. Kawini Albertina Lasut, putri bekas Kepala Distrik Tombariri Mayoor J.M.Parera dengan Maria Lasut.
WAKKARY, William A., Semula kepala sekolah (meester) di Manado lalu Paniki. Kemudian diangkat jadi Kepala Distrik Negeri Baru tahun 1860. Tahun 1877 ikut memprotes Domein Verklaring.
WAKKARY, William Johannes Alexander, (meninggal 1969). Kepala Distrik Tompaso 1910-1919/1920 di Motoling, lalu Kepala Distrik Tomohon 1919/1920-1923 bergelar Mayoor. Jadi anggota Minahasa-Raad dari Kiesdistrik Tomohon-Sarongsong 1939-Januari 1941, serta Gemeente-Raad Manado 1940-1941.
WALANDOUW, Fransiscus, (3 Februari 1914). Walikota Manado, 1 Maret 1960-15 Juni 1965. Pendidikan: HIS Langowan, tamat 1926, OSVIA Makassar, 1938. Jaman Jepang 1942 jadi Butjo (kepala polisi), lalu Hukum Kedua Tumpaan 1946, serta di Tombariri; Hukum Besar Kepala Distrik Ratahan 1951, lalu tugas belajar di Amerika Serikat. Kembali, menjadi Walikota Manado. Usai jabatan walikota menjadi Kepala Dinas Pendapatan Daerah Sulut 10 April 1967-4 April 1969. Putrinya Fransin Margaretha dikawini Prof.Dr.Nicky Jan Sumual.
WALANGITANG, Arnold, Hukum Kedua Tondano-Toulimambot. Peristri Elisabeth Tewu, janda Hukum Besar Remboken Elias Mogot. Peroleh 3 anak: 1.Willem, 2. Charles, dan 3. Andreas Walangitang.
WALANGITANG, Willem, (30 Oktober 1848-23 November 1921). Hukum Besar Kepala Distrik Tombariri di Tanawangko, dan karena berjasa diberi gelar kehormatan sebagai Mayoor. Anak Arnold Walangitan. Kawini Leentje Kumolontang. Anak-anaknya: Wolter, Barnet, Jansje, Betsy, Thomas dan Arnold Walangitan. Dimakamkan di Tanawangko.
WALEWANGKO, Kepala Balak Klabat di-Atas, yang dihadiskan pada Perjanjian 10 Januari 1699 dengan Belanda, meneken atas nama balaknya.
WALEWANGKO, Kepala Balak Sonder 1793-1809. Pimpin Sonder masih di Kiawa. Dipuji Residen Manado George Fredrik Durr sebagai sangat setia pada Raja dan bantu masukkan beras sebanyak 3.200 pikul setahun. Kawin dengan Maligis dan ayah dari Porongkahu. Diganti adiknya Palar.
WAROKKA, Kepala Kawangkoan. Hidup dan memerintah di Balak Kawangkoan masih di negeri lamanya, setelah pertengahan abad ke-17 hingga permulaan abad ke-18. Versi lain sekedar Hukum dibawah Kepala Balak Umbas. Ia disebut sebagai anak Kumaat dari istri Maruwaya, serta cucu Apo Mamarimbing. Ayah Pelleh (Pele) Warokka.
WAROKKA, Hukum Besar Kepala Distrik Toulour 1949 menggantikan Paul Kawilarang, dan menjabat hingga Januari 1951. Masanya pemuda sangat berkuasa, lebihi wibawa pemerintah.
WAROKKA, Alanos (Alanus) ‘Kawengian’, (Kawangkoan 1758-1854). Mayoor, Kepala Balak lalu Distrik Kawangkoan dari tanggal 26 Mei 1845 hingga tahun 1854 mengganti Mayoor Nicholaas W.Tumilaar. Sebelum dibaptis Kristen bernama Kawengian. Pada 5 Desember 1845 membeli tanah Kalakeran Kawangkoan di Wenang Manado dari Christoffel Harm seharga f.550 seluas 12.535 m2, namun dalam dokumen hanya ditulis Mayoor Warokka. Kawin dengan Batjok yang dibaptis Kristen bernama Johanna Tumbelaka (1808-1901). Dan ayah dari Wilhelmina (dikawini Daniel Mambu), Jansen Alanos, Daniel Andries, Johanis, Jeremias, Anganitji, dan Katrina Waroka. Berusia lanjut. Digantikan oleh menantunya Daniel Mambu.
WAROKKA, Hendrik Alanus, (Kawangkoan 1830-Kawangkoan 3 Juli 1890). Pemimpin Kawangkoan di Distrik Bawahan Kawangkoan di Amurang, bertempat di Kawangkoan Bawah hingga digabungkan dengan Tombasian. Menjabat sebagai Hukum Kedua Kawangkoan sejak 1855 dibawah iparnya Daniel  Mambu, lalu menggantikannya sebagai Kepala Distrik Kawangkoan 1861-1890 (versi lain sebagai kepala distrik sejak 1856). Masanya tahun 1885 Kawangkoan meluas ke selatan, karena Tompaso digabungkan (setelah Distrik Tompaso dipindah ke Motoling). Peroleh gelar Mayoor. Anak Alanus Kawengian Warokka dan Johanna Tumbelaka. Kawin dengan Jacoba Tumangken. Putra-putrinya: Willem Henri, Calasina Justina, Adeleida Adriana, Johanna Carolina, Lambertus Alanos, Wilhelmina Jacomina (dikawini Exaverius W.J.Waworuntu), Martha Adeleida (dikawini Theodorus Gerungan), Martje, Alexander Frederik Daniel, dan Maria Boki Warokka. Dua anaknya kemudian menjadi Kepala Distrik, yakni Willem Henri dan Lambertus Alanos Warokka.
Kubur Jansen Warokka. *)
WAROKKA, Jansen Alanus, (Kawangkoan 1844-20 Februari 1904). Kepala Distrik Kawangkoan di tahun 1890-1903. Ia memperoleh gelar kehormatan Mayoor, menggantikan Hendrik Warokka dan menjabat hingga meninggalnya. Anak Alanus Warokka. Sebelumnya sebagai Hukum Tua di Talikuran dan naik sebagai Hukum Kedua dibawah kakaknya H.A.Warokka, lalu menggantikannya sebagai Kepala Distrik. Kawin 16 April 1894 dengan Anna Louisa Parera, putri Mayoor Tombariri J.M.Parera.
WAROKKA, Lambertus ‘Lalanos’ Alanus, Kepala Distrik Kawangkoan November 1909 hingga Oktober 1924, versi lain memerintah 1912/1913 hingga 1920. Naik menggantikan Theodorus Gerungan. Masanya, berdiri sekolah zending di Kawangkoan 1923, memindahkan pasar ke lokasi sekarang serta memperbaiki kantor distrik. Kemudian diganti C.J.Tambajong. Anak Hendrik Alanos. Kawini Ester Nicoline Sumayku, dan ayah 7 anak.
Willem H.Warokka. *)
WAROKKA, Willem Henri, (Amurang 1866-Amurang 3 Juli 1936). Hukum Besar Distrik Kakas-Remboken tahun 1915. Sebelumnya Hukum Kedua Langowan hingga 1904. Ia anak Hendrik Alanos Warokka dengan Jacoba Tumangken. Kawin pertama dengan Dina Lonan, lalu Lefina Runtuwene (1876-10 Januari 1936) putri Mayoor Rumoong. Putra-putrinya: Wilhelmina Lefina, Laurens Lao, Jan Kapean, Lina, Johanna, Jeannette Martha dan Hendrik Abram Kawengian Warokka. Dimakamkan di Kawangkoan Bawah Amurang.
WAROKKA, Pelleh (Pele), Tokoh dan Kepala Balak Kawangkoan. Disebut memerintah 1802-1817. Ada versi di tahun 1808 masih sebagai Kumarua di wilayah seberang Ranoiapo (Kawangkoan Bawah, kini masuk Amurang). Anak Tonaas Warokka dan ayah dari Kawengian Warokka.
A.R.Warouw. *)
WAROUW, Albert Robert ‘Rob’, (Kakas 24 Januari 1904-). Pamongpraja karir. Mulai bertugas di Kolonodale Sulteng 1942, Hukum Kedua di Tomohon 1944, Langowan 1947 dan Kakas 1951, lalu jadi Hukum Besar Tondano 1 Februari 1952-1954. Ia menjadi Kepala Daerah Minahasa (KDM) ke-10 1 Juli 1954 mengganti J.P.Mongula yang ditentang karena dituduh sebelumnya pro-Belanda. Menjabat hingga 24 Desember 1956. Ditunjuk sebagai Gubernur Sulawesi Utara oleh Permesta hingga 1961.
WAROUW, E(vert) R(yndhart) S(emuel) 'De', (1900-). Pamongpraja. Pendidikan: Lagerschool dan Hoofdenschool Tondano. Menjadi Hukum Kedua di Tombatu 1930-1933, Tomohon, 1933 dan Kauditan tahun 1941-1944,1945-1946. Tahun 1929 jadi Hoofd Algemeene Zeken Minahasa-Raad dan 1935-1942 jadi anggota Minahasa-Raad. Kemudian menjadi Hukum Besar Kepala Distrik Tomohon 1946-1947, lalu diangkat selaku Burgemeester (Walikota) Manado pertama, menjabat selang 1 November 1947-30 September 1950. Ayahnya Boudewijn Warouw, pensiunan Hoofd School Opziener Manado, jadi satu dari 9 anggota panitia berdirinya gereja otonom (KGPM) Agustus 1932. Kuburnya berada di Malalayang.
WARU, Elias, Pernah menjadi Kepala Tonsea sebelum tahun 1821, disebut sebagai Hukum Kema.
WATAK, Kepala Balak Ratahan tahun 1808.
WATUPINAMALANGAN, Pendiri Balak Pasan. Dikisahkan, meninggalkan Pontak bersama saudaranya Lensung Aloe, karena Raja Sanjang menagih pajak yang tinggi. Ia berpisah dengan Lensung Aloe di Koka (dataran Abuang) dan bentuk Pasan.
WATUSEKE, Kepala Balak Pasan(bangko) di menjelang akhir tahun 1600-an. Putrinya Woki Konda diperistri Supit Sahiri, dan menurunkan penguasa Tombariri lewat dua putranya Mongi dan Tinangon. Putri Supit dan Woki Konda  bernama Kaampungen kawin dengan Ondi jadi leluhur Daniel Maringka, Kepala Balak Ratahan di pertengahan abad ke-19.
WAWORUNTU, Leluhur keturunan penguasa Sarongsong. Bernama lain Wenur, anak Rumimper dan Sumaru Linu, dan cucu Sakul serta Pitur. Seorang kepala di Balak Sarongsong. Menjadi anak mantu Lontoh Tuunan (1), Hukum Mayoor Kepala Balak Sarongsong, dengan mengawini putri bungsunya bernama Topowene. Anak-anaknya bernama: Regar, Kalele dan Tinongtong. Cicitnya bernama Waworuntu juga, menjadi tokoh Kristen pertama di Sarongsong, sekaligus Tomohon, dibaptis Kristen dengan nama Herman Carl Waworuntu. Herman Carl Waworuntu hingga semua anak-anaknya masih menuliskan fam (nama besar)nya dengan Wawo-Roentoe, seperti dalam dokumen dan tulisan di kubur, namun di generasi ketiga dan selanjutnya paling banyak memakai Waworuntu, meski ada juga memakai Wawo-Roentoe atau bahkan Waworoentoe.
Mayoor Bert Waworuntu. *)
WAWORUNTU (WAWO-ROENTOE), Albert Lasut ‘Bert’, (Ares Manado 28 Oktober 1862-Manado 18 November 1925). Kepala Distrik Sonder bergelar Mayoor 1887-1896. Lulus Sekolah Dasar Eropa Europese Lagere School (ELS) di Manado, lalu melanjutkan di Sekolah Raja yang dibuka 1879 di Tondano. Tahun 1880 jadi Hukum Kedua Sonder dibawah ayahnya. Tahun 1889 ke Makassar jadi penerjemah di Lembaga Kehakiman. Digelari Mayoor Bintang, setelah peroleh gelar kehormatan. Menjadi anggota Minahasa-Raad dari kiesdistrict Sonder 1919, sekaligus terpilih merangkap sebagai anggota Volksraad 1919-1924. Di Volksraad duduk sebagai anggota Nederlands-Indischen Vrijzinnigen Bond. Terbitkan ‘Manado Courant’ 1909-1911. Ketua Perserikatan Minahasa tahun 1919. Terakhir banyak mengkritik pemerintah Hindia-Belanda, terutama dengan pernyataan domein-verklaring. Kawin di Manado 26 September 1885 dengan Amelia Theodora Parera (1868-1951), anak Mayoor J.M.Parera dari Tombariri serta memperoleh 13 anak. Salah seorang putrinya Tine Magdalena di tahun 1950 menjadi Walikota Manado. Pertama dimakamkan di Ranomuut Manado, lalu tahun 1988 dipindah ke pekuburan keluarga di Desa Matani Kecamatan Tumpaan, Minahasa Selatan.
Mayoor Albertus B.Waworuntu. *)
WAWORUNTU, Albertus Bernadus ’Manopo’, (Sarongsong 1820-1887). Jaksa Kepala (Hoofddjaksa) Manado 1854-1861, lalu Kepala Distrik Sonder bergelar Mayoor 1861-1887. Anak kedua Mayoor Sarongsong Herman Carl Waworuntu. Berpendidikan Sekolah Dasar Belanda (Europesche Lagere School) di Manado lalu melanjutkan di Sekolah Raja (Hoofdenschool) Tondano. Ke Jawa 1845-1847 belajar teknik menanam padi dan kopi. Ketika kembali jadi Asisten Agraria, dan tahun 1854 Hukum Kedua Sarongsong, lalu Hoofd Jaksa ganti Outfoort Pelenkahu 1854 juga. Tanggal 14 Agustus 1871 membeli tanah Kalakeran Distrik Sonder di Manado seluas 38.952 m2, dengan harga f.1.200. Kawin 3 kali. Pertama, dengan Carolina Gerungan putri Hukum Kedua Tondano-Touliang Estefanus Gerungan, peroleh 5 anak dan meninggal 1858. Kedua kawin dengan Ariantji Lengkey dan istri ketiga dikawini 25 Februari 1861 Aaltje Lasut (lahir 12 September 1844, putri Mayoor Ares Rares Johakim Bernard Lasut dengan Katharina Dotulong). Dari Aaltje Lasut memperoleh anak yang menjadi terkenal Albert Lasut dan Exaverius Walewangko Jacob.
WAWORUNTU, B.Y.Tani, (16 Juni 1925-14 September 1981). Pamongpraja. Pernah Hukum Kedua Tomohon 1950-1951. Anak Oxford Pelenkahu Waworuntu dan cicit Mayoor Zacharias Waworuntu.
WAWORUNTU, Carolus Adriaan, Kepala Distrik Kawangkoan 1929 (versi lain sejak 1932 hingga 1943, yang di kemudian hari beroleh gelar kehormatan sebagai Mayoor. Ia menggantikan pejabat W.F.L.Mogot. Masanya memerintah didirikan poliklinik disamping gereja 1930, bangun sekolah zending yang roboh karena angin 1929 di tahun 1931 kemudian dibangun luas 1934. Lalu dirikan dan pimpin Comite van Plaatselijke Belangen Kawangkoan mengurus keperluan umum Kawangkoan. Juga jadi anggota Minahasa-Raad 1935-1942. Pensiun, kelak dikenal sebagai salah seorang pengurus Komite Ketatanegaraan Minahasa (KKM) di tahun 1948. Anak Dirk Waworuntu dan cucu Mayoor Zacharias Waworuntu. Mengawini Jacoba Carolina Wakary. Sebelumnya Hukum Kedua di beberapa tempat, seperti di Tombariri berkedudukan di Tara-Tara hingga 1911.
WAWORUNTU, Dirk, (Sarongsong 1845-Ratahan 27 Mei 1899). Hukum Kedua Pasan-Ratahan-Ponosakan. Putra Mayoor Sarongsong Zacharias Waworuntu, dan memperistri Adolfina Sahelangi, anak Estephanus Sahelangi kepala distriknya.
WAWORUNTU, Dirk Hendrik, Pamongpraja karir. Pernah Hukum Kedua di Tompasobaru 1952-1954, Tomohon, 1956-1961, lalu merangkap Wakil Hukum Besar Distrik Tomohon 1957 dan Hukum Besar Tomohon 1958. Usai pergolakan Permesta menjadi pengusaha, sebagai pemilik Hotel 'Minahasa'. Anak Carolus A.Waworuntu, keluaran OSVIA, mengawini Lies Mariana Waworuntu.
Pius Waworuntu. *)
WAWORUNTU, Exaverius 'Pius' Walewangko Jacob, (lahir 27 Juli 1868). Kepala Distrik Sonder 1887-1910 (versi lain 1896-1904). Sebelumnya Wakil Hukum Kedua Sonder lalu Hukum Kedua Manado. Disebutkan ia kemudian menjadi Raja di Sangir selama 5 tahun. Tahun 1920-1923 jadi anggota Gemeente-Raad Manado dan Minahasa-Raad 1919-1926 dari kiesdistrict Kawangkoan. Menikah dengan Wilhelmina 'Mien' Warokka, bekas guru wanita pertama di Meisjesschool (Sekolah Nona) Tomohon. Ia adalah adik Albert Lasut Waworuntu. Kepada keturunannya ia mewariskan tanah seluas 144 hektar.
Mayoor Herman C.Waworuntu. *)
WAWORUNTU, Herman Carl, (Sarongsong 1781-1854). Mayoor Kepala Balak Sarongsong 1819-1854. Anak Manopo dengan Wuaimbene dari Remboken. Ayahnya adalah Kumarua (Hukum Kedua) Sarongsong di Lahendong. Setelah didekati Pendeta Tomohon  Nicolaus Philep Wilken, diserani Kristen Protestan bulan April 1847 oleh Inspektur Zendeling NZG Ds.L.J.van Rhijn. Dengan demikian, menjadi kepala Sarongsong (dan juga Tomohon pertama) yang masuk Kristen. Meski Kristen, ia memiliki tiga istri. Istri pertama yang diakui adalah Tolang yang diserani bernama Sarah Rengkung, putri Mayoor Rengkung dari Tombariri yang memberinya 3 putra terkenal, yakni Zacharias Waworuntu, Albertus Bernadus Waworuntu dan Johanis Waworuntu. Istri kedua adalah Maria Tenden dan istri ketiga Tewi. Ia juga yang memimpin pemindahan Sarongsong dari negeri tua di Tulau-Amian Nimawanua ke tempat sekarang, 1845. Meninggal di Sonder dan dimakamkan di pekuburan keluarga di Kelurahan Tumatangtang Sarongsong (kini Kecamatan Tomohon Selatan).
WAWORUNTU, Herman Karel, (Tumpaan 24 Mei 1906-Tomohon 8 Juli 1970). Hukum Besar Kepala Distrik Amurang 1946. Sebelumnya Hukum Kedua, antaranya di Tumpaan tahun 1933. Putra Mayoor Albert Lasut Waworuntu. Kawini Louise Sabine Wenas anak Herman Wenas (Pontianak, 14 Januari 1926-Serpong 2 April 1997).
WAWORUNTU, Jellesma, (lahir 1830). Hukum Kedua Onderdistrik Sarongsong sejak 1879-1889. Anak Herman Carl Waworuntu dari istri kedua Maria Tenden.
WAWORUNTU, Johanis ‘Pandyrot’, (lahir Sarongsong 1826). Anak Mayoor Sarongsong Herman Carl Waworuntu. Jadi Hukum Kedua Sarongsong 1854-1879. Diberhentikan karena protes atas pemberlakuan Domein Verklaring. Kawin pertama dengan Christina Ngantung dan kedua dengan Doortje Mamahit. 
Mayoor Zacharias Waworuntu. *)
WAWORUNTU, Zacharias ’Wawolly’, (Sarongsong 1816-Sarongsong 8 Juli 1881). Kepala Distrik Sarongsong menjabat dari 1854-1881. Memperoleh gelar kehormatan sebagai Mayoor tanggal 30 Juni 1855 karena jasa-jasanya atas pemasukan kopi dan pembayaran pajak. Anak tertua dan pengganti Herman Carl Waworuntu. Belakangan memprotes keras pernyataan domein sehingga dipensiunkan. Mengawini Dolsina Pelenkahu (hidup 1822-15 April 1892), putri Kepala Distrik Tonsea Mayoor Lukas Pelenkahu dan Theresia Manopo. Putrinya Neltje dikawini Herman Wenas yang kelak menjadi Kepala Distrik Tomohon-Sarongsong.
WAWU KONDA, Putri Kepala Bantik yang diculik bersama saudaranya Wawu Tumape, dan disayembarakan. Kepala Walak Kakaskasen Mainalo Parengkuan berhasil menang dan memperistrinya. Ketika hamil dikembalikan ke Bantik, dan dikisahkan makin mendekatkan hubungan antara Kakaskasen dengan Bantik yang sebelumnya terus berseteru.
WENAS, Hukum Tonsea beragama Kristen di tahun 1715. Namanya ditulis Benas.
WENAS, Abraham 'Bram' Gerard Robert, Pamongpraja karir, lulusan HIS Tomohon, MULO dan OSVIA. Hukum Kedua Langowan 1937-1939, Hukum Kedua Motoling 1942, Hukum Kedua Toulour (Tondano) dan pejabat Kepala Distrik Toulour, Februari 1946 selama Kepala Distrik Herman Wenas mengungsi di Amurang, Berikutnya Kepala Distrik Tomohon 1946-1947. Lalu patih di Lombok NTB dan Bali 1960. Pensiun Residen. Kawini Petronella Lintjewas (lahir 1917).
Albert Wenas. *)
WENAS, Albert, Pamongpraja. Pernah Hukum Kedua di Kakas tahun 1905. Anak Kepala Distrik Tomohon Lukas Wenas. Kawini Eliseba Sarapung dan Jacomina Ngantung.
WENAS, Alexander, (Tomohon 1 November 1848-25 Maret 1912). Hukum Kedua di Kakaskasen, Sarongsong dan Tomohon. Tiga kali kawin, dengan Benyamina Lasut, Mina Awuy dan Mina Rondonuwu.
Mayoor Herman A.Wenas. *)
WENAS, Herman A., (Tomohon 26 Februari 1843-8 Mei 1921). Pensiunan Kepala Distrik Tomohon-Sarongsong bergelar Mayoor, menjabat 1881-1913. Anak Lukas Wenas, kawini putri Mayoor Sarongsong Zacharias Waworuntu bernama Neeltje, lalu tanggal 18 Agustus 1883 dengan Josephina Carolina Engelina Weijdemuller, masih cucu Zacharias juga (anak Joost Weijdemuller dan Wilhelmina Waworuntu). Tahun 1861 jadi mantri ukur dilatih Kontrolir J.G.F.Riedel, lalu jadi Klerk kantor Distrik Tomohon. Ketika Sekolah Raja (Hoofdenschool) dibuka tahun 1865, masuk jadi murid. Hanya 2 tahun, lalu jadi Hukum Kedua Tomohon, dan kemudian mengganti ayahnya Lukas Wenas sebagai Hukum Besar Tomohon tahun 1878. Kemudian juga mengganti ayah mantunya Zacharias Waworuntu di Distrik Sarongsong tahun 1881, sebagai Hukum Besar distrik gabungan Tomohon-Sarongsong. Karena berjasa tak lama berselang memperoleh gelar kehormatan dari pemerintah Belanda sebagai Mayoor. 
Mayoor Herman J.Wenas. *)
WENAS, Herman Jacob, (Sarongsong 17 Juni 1901-Jakarta 24 Agustus 1974). Pamongpraja karir. Mengawali sebagai pegawai kantor pos di Kaltim, Jabar dan Kalbar 1927-1927. Lalu menjadi Hukum Kedua di Modoinding, Tumpaan, Kakas dan Tomohon selang 1927-1935 (catatan lain Januari 1931-Januari 1933). Ke Belanda 1935-1936, dan ketika kembali, menjadi Hukum Kedua di Manado 1936-1937, dan di Kauditan 1937-1938. Anggota Minahasa-Raad 1935-1942. Naik menjadi Hukum Besar Tonsea, 1938-1942, Hukum Besar Kawangkoan 1942-1945, Hukum Besar Toulour (Tondano) 7 Januari 1946 gantikan A.H.D.Supit, menjabat hingga akhir 1946. Lalu jadi Hukum Besar Manado 1946-1947. Bulan Agustus 1947 peroleh gelar kehormatan Mayoor van Minahassa. Menjadi wakil Minahasa dalam Konperensi Denpasar (7-24 Desember 1946), dan otomatis sebagai anggota parlemen NIT sejak 24 Desember 1946 hingga 1948, saat menjadi pengurus besar Twapro. Kelak bekerja di Biro Restruktur Nasional di Makassar (1952-1953) dan di Jakarta 1953-1954. Pensiun 1954. Anak Lodewijk Wenas, dan adik kandung Ds.A.Z.R.Wenas. Kawini Rosalia Helena Pande-Iroot, anak Herling Pande-Iroot, Hukum Besar Ratahan.
WENAS, Joost Alexander Karel, (20 Mei 1884-18 April 1945). Anak Mayoor Tomohon Herman A.Wenas dengan Josephina Carolina Weydemuller. Tahun 1919 ambtenar diperbantukan di Volkereddietweze dipilih jadi anggota Minahasa-Raad dari Kiesdistrict Tomohon-Sarongsong menjabat hingga 1923. Kepala Distrik Tonsea hingga tahun 1928, lalu pindah ke Jawa. Pensiun sebagai Ajun Kontrolir. Kawini Mathilda Jacoba ‘Dien’ Rotinsulu (1886-1981), anak Jacob Rotinsulu. Ayah G.R.A. ‘Bram’ Wenas, dan kakak kandung R.I.F.Wenas. Dimakamkan di pekuburan Wenas Talete I Tomohon.
WENAS, Kaemor ‘Mong’ Lombogia, (18 April 1905-4 Juli 1984). Pamongpraja. Pernah Hukum Kedua di beberapa tempat, seperti di Tatelu 1942, lalu menjadi Hukum Besar, dan di saat penyerahan kekuasaan oleh Jepang sebagai pegawai di kantor walikota Manado, diangkat menjadi Wakil Walikota Manado, Agustus 1945. Dimakamkan di pekuburan Wenas Talete I Tomohon.
Lodewijk Wenas. *)
WENAS, Lodewijk, (Mei 1866-7 Januari 1907). Hukum Kedua di Tombatu/Ratahan, Kakaskasen (1892-1902) dan Tomohon hingga 1907. Kawin pertama dengan Sarah Rambi (anak Manuel Rambi dan ibu kandung Ds.A.Z.R.Wenas). Kawin kedua dengan Poppy Lumanau anak Hermanus Lumanauw.
Lukas Wenas. *)
WENAS, Lukas, (Tomohon 1800-Tomohon 25 Januari 1881). Hukum Besar Kepala Distrik Tomohon, keturunan para kepala Tonsea. Mulai sebagai Hukum Tua Talete tahun 1831-1853, Kepala Distrik Kedua Tomohon 1853-1862, dan kelak sebagai Kepala Distrik Tomohon 1862-1878. Menentang penerapan Domein Verklaring sehingga diganti Belanda, dengan menempatkan anaknya Herman A.Wenas. Kawini dua wanita. Salah seorang istrinya Elisabet Pangemanan Lontoh (disebut juga Elisabet Putih Lontoh) yang meninggal 27 Juli 1890 adalah cucu Lontoh Tuunan (2). Menurunkan keluarga penguasa Tomohon. Namanya sebelum dibaptis Kristen adalah Werwer.
WENAS, Petrus Hendrik, (Tomohon 1839-Rurukan Tomohon 1891). Hukum Kedua Tomohon di Rurukan yang ikut menentang Domein Verklaring seperti ayahnya Lukas Wenas. Kawini anak Mayoor Sarongsong Zacharias Waworuntu, yakni Sarah Emma (1841-1 Oktober 1909).
WENAS KOLANO, Kepala Pakasaan Tonsea. Nama lainnya Inelewan dan disebut bersaudara dengan Wenas Mainsiow. Memperoleh 3 putra, yakni Wenas Lumanau, Lengkong Wuaya dan Nelwan. Menurunkan kepala-kepala balak Tonsea serta keluarga Wenas yang terkenal.
WENAS LUMANAUW, Kepala Tonsea, anak Wenas Kolano. Anaknya Runtukahu Lumanauw, dan kakek dari Hukum Mayoor Xaverius Dotulong.
WENAS MAINSIOW, Kepala Tonsea di negeri tua Tonsea Lama. Saudara Wenas Kolano.
WENSEN, J., Kepala Tondano-Touliang. Menjadi menantu Kepala Distrik Mayoor Dirk Ratumbuysang, kawini putri tertuanya C.Ratumbuysang, dan diangkat jadi Hukum Kedua sebelum diganti iparnya Jacob Gerungan yang kelak naik gantikan Mayoor Dirk. Karena anti-Belanda dibuang di Banyuwangi Jatim dan meninggal disana. Putrinya Pina Wensen diperistri Estefanus Arnold Gerungan, tapi kemudian mengikuti ayahnya.
WILAR, Kepala Balak Kawangkoan, memerintah 1695-1700.
WOLO (H), Tonaas yang dianggap sebagai Kepala Balak Kawangkoan ke-10. Ditaksir hidup tahun 1600-an hingga 1680. Putranya Karamoy disebut pendiri Songkel (Sonder) bersama-sama Mangowal, Pesik, Keintjem, Toporundeng dan Palar.
WONGKAR, Kepala Tombulu berasal dari Kakaskasen (sering disebut juga Kinilow, kini masuk Kota Tomohon) yang menjadi pemimpin di Kali, kemudian mendirikan Manado bersama-sama Kalangi.
Waruga Worang. *)
WORANG, Pahlawan suku Tombulu dari Balak Kakaskasen. Waruganya berada di negeri tua Kakaskasen Nimawanua, lalu dipindah di lokasi baru di Kakaskasen III, masa Gubernur H.V.Worang yang dihadiskan merupakan keturunannya. Ada versi bila yang dimaksud adalah tonaas Wungkar atau Bungkar, Kepala Kakaskasen di tahun 1600-an, atau bahkan Worung, pahlawan Kakaskasen yang terlibat dalam perang melawan kerajaan Bolaang.
WOROTIKAN, Jotham Augustinus, (meninggal di Airmadidi 1945). Mantan pamongpraja. Di tahun 1880 menjadi guru hukum adat Minahasa di Hoofdenschool (Sekolah Raja) di Tondano. Pernah Hukum Kedua Manado dan Kakaskasen. Menulis buku Geschiedenis uit de sagen van de Minahasa. Anak Zeth Worotikan, Hukum Tua Kamangta pertama, kakak Maartje Pantouw-Worotikan. Kawin dengan Hebe Wajong.
 
WUISANG, Dianggap sebagai Kepala Balak Tondano-Touliang pertama, dihadiskan memerintah sejak tahun 1750-1760, kemudian digantikan Sumondak.
WUNGKAR (WONGKAR?), Kepala Balak Kakaskasen. Tahun 1619 ditemui di Kali (kini masuk Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa, saat itu masuk wilayah Kakaskasen) oleh Padri Fransiskan Blas Palomino.
WUWUNG, Pemimpin suku Tombulu di Tomohon, memerintah 1600-1624. Peristri Orei (Maorei), dan ayah dari Lumi Worotikan yang terkenal.
WUYSANG, Alexander, Tokoh Balak Tondano-Touliang dikenal sebagai pahlawan dan telah beragama Kristen. Tahun 1829 ikut pasukan Tulungan sebagai Letnan Dua lalu naik Letnan Satu pasukan infantri, memerangi Pangeran Diponegoro. Anak Gerrit Wuysang (versi lain famnya ditulis Wuijsan).
WUYSANG, Gerrit J., Hukum Kepala Tondano-Touliang di Kapataran (kini Kecamatan Lembean Timur Kabupaten Minahasa) tahun 1808. Telah beragama Kristen, dan menjadi salah seorang tokoh dalam perang Minahasa di Tondano 1808-1809. Melakukan perdagangan barter senjata dengan Inggris untuk persenjatai pejuang di Minawanua Tondano.
WUYSANG, K.J., Pamongpraja, tahun 1919 menjabat Hukum Kedua Eris Distrik Tondano-Touliang dan dipilih jadi anggota Minahasa-Raad dari Kiesdistrict Tondano-Touliang, hingga 1920.
Foto dan repro foto Bodewijn Talumewo, repro foto kel.turunan Waworuntu, Wenas, Supit, Tular dan foto Didi Sigar.
PUSTAKA
Adrianus Kojongian Dkk.,’Ensiklopedia Tou Manado’.
Berbagai sumber literatur Minahasa.
Berbagai silsilah, slagbom keluarga keturunan penguasa Minahasa.

1 komentar:

  1. Dank je wel voor thuis info cause I can to know all mijn Family.Opa Wawaruntu,Exafarius'Pius'Walewangko Jacob(adik dari Opa Albert Lasut Wawaruntu)Married with Oma Wilhelmina'Mien'WAROKKA(Oma ever tobe 1st Lady Teacher in Meisjesschool((Sekolah Nona))To Be King in Sangir(Talaoed)in 5 Jaar.Je T'aime alles mijn Family.

    BalasHapus