Setelah Pemboman oleh Pemerintah Pusat lewat AURI atas kota Manado 22
Februari 1958, maka dikeluarkan pemberintahuan oleh Mayor W. Najoan
dari penerangan angkatan darat KDM SUT untuk kepada siapa saja yang
ingin membela PERMESTA untuk sukarela melapor dan dijadikan militer
PERMESTA, beserta itu juga diberitahukan bahwa Komando Daerah Militer
Sulawesi Utara dan Tengah yang secara struktur organisasi militer berada
di bawah Teritorium VII Wirabuana dinyatakan dalam keadaan darurat
perang-Staat Oorlog en Behleg (S.O.B).
Maka secara spontanitas pelajar, mahasiswa, pemuda, dan orang dewasa
yang sanggup memanggul senjata di seluruh Sulawesi Utara datang melapor
untuk siap dipersenjatai menjadi militer PERMESTA, dan tidak terkecuali
ex-KNIL sesuai dengan ketentuan militer professional mereka harus
melapor untuk siap kembali bertugas jika negara dalam keadaan darurat
perang, hal ini telah ditegaskan sebelum mereka meninggalkan KNIL atau
pada saat terakhir ketika KNIL di Indonesia dibubarkan tahun 1950 di
Indonesia Timur, di Makassar oleh panglima TT-VII Wirabuana Kol.(TNI)
A.E Kawilarang. Hampir 5000 ex-KNIL terkumpul kembali dengan usia
sebagian besar mereka berada diatas 40-an dan 50-an, serta beberapa dari
mereka ada yang mendekati 60 tahun. Beberapa ex-Marechausse (baca
Marsose) melapor tetapi sudah tidak cukup memenuhi syarat karena berada
pada usia 70 tahun, yang mana beberapa dari mereka pernah bertugas
dibawah kesatuan 10th Marechausse Brigade yang terkenal (Marechausse
dibuatkan museum tersendiri di negeri Belanda untuk mengenang kesatuan
ini, Marechausse memiliki arti secara harafiah; “Abdi/Mengabdi ” atau
Abdi Raja/Ratu bisa juga secara bebas disebut Imperial Guards-pengawal
kerajaan koloni, marechausse sendiri berfungsi sebagai pasukan
ringan/mobilitas tinggi tetapi punya penetrasi/kemampuan gempur yang
efektif terhadap pertahanan gerilya lawan, dan konon Mobile Brigade
milik POLRI didirikan karena terinspirasi oleh unit ini).
Ke-5000 ex-KNIL tersebut lebih banyak di alih tugaskan ke bagian
senjata berat; Arteleri Medan/awak meriam lapangan dan Penangkis
Serangan Udara (Anti-Airassult/Aircraft) mengingat usia mereka, tetapi
yang tetap memiliki syarat dan kualifikasi untuk tugas di unit Infanteri
tetap diberi tugas sebagai komandan komandan kompi baik kompi otonom
maupun kompi dalam battalion, dan diakui setelah perang PERMESTA usai,
ex-KNIL tersebut banyak membantu terutama dari segi pengalaman sebagai
militer professional, banyak kompi-kompi campuran ex-KNIL dan TNI di
Batalion-Batalion pasukan PERMESTA mendatangkan kesulitan luar biasa
bagi tentara Pusat di medan tempur.
Awal Juni 1958 setelah AUREV-angkatan udara revolusioner/Permesta
ditarik dari mapanget, karena pilot AUREV kebangsaan Amerika; Kapten
pilot (Aurev)Allan Pope pesawatnya tertembak jatuh dan tertangkap
bersama navigatornya Letnan (Aurev) Jan Harry Rantung, menguak
keterlibatan Amerika di PERMESTA TROOPS. Maka AUREV praktis tidak bisa
beroperasi leluasa menggunakan lapangan udara PERMESTA di Mapanget (Sam
Ratulangi Airport sekarang). Sebuah Operasi dari tentara Pusat, melalui
RPKAD (sekarang KOPASSUS) di gelar untuk merebut lapangan udara Mapanget
dari Permesta, dengan komandan operasi Lettu. B. Moerdani, dikemudian
hari diketahui Moerdani hanya di Pos Komando operasi dipinggiran pantai
Wori, tidak menyertai pasukannya masuk ke Mapanget. Pasukan PERMESTA di
Mapanget tidak siap menghadapi serbuan dadakan RPKAD ini memilih mundur
ke pinggiran lapangan Mapanget arah kota Manado sebagian mereka yang
tidak sempat mundur tertangkap dan persenjataan dilucuti , dan setelah
mendapat konfirmasi kekuatan pasukan tentara pusat yang menyerbu
Mapanget, maka Overstee (Permesta) Wim Joseph sebagai komandan
pertahanan pangkalan mengerahkan 3 kompi pasukan Permesta untuk
menyerang balik ke Mapanget, diantaranya Kompi CTP Jimmy Boys(Komando
Reserve Umum), Kompi Togas (belakangan menjadi Batalion T) dan Kompi
KMKB-kope2 Manado, ditambah satu peleton kawal dari Batalion X ditambah 2
Panzer ringan dari Kaveleri PERMESTA (Panzer ini buatan Inggris).
Sergapan pasukan Pasukan PERMESTA pimpinan Overstee (Permesta) W. Joseph
membuahkan hasil, setelah musuh mencoba penyerangan senyap dimalam hari
dimana akhirnya pergerakan mereka terdeteksi dan tejadi pertempuran
terbuka, pertempuran singkat itu menewaskan Sersan (RPKAD)Tugiman,
Sersan (RPKAD) Tugiman ditewaskan oleh peleton kawal dari Batalion X
ketika dia dan beberapa RPKAD lainnya berusaha menyerang posisi peleton
kawal dari Batalion X dimana Overstee (permesta) W. Joseph juga berada
disitu. Dini hari sebelum fajar RPKAD menghilang atau mundur dari
Mapanget membawa rekan-rekan mereka yg luka-luka kemungkinan termasuk
beberapa mayat rekan mereka yang tewas. Dua hari setelah pertempuran
pasukan PERMESTA melakukan penyisiran perimeter sekeliling lapangan
Udara Mapanget yang dilakukan Kompi-CTP Jimmy Boys dimana mereka
menemukan seorang Kopral (RPKAD) Taher (orang Tegal)* di semak belukar
di pinggiran Mapanget, ia terluka berat oleh peluru dari Browning
Machine Gun .30 Cal., lukanya hampir membusuk, kemudian Kopral (RPKAD)
Taher dibawa ke Rumah Sakit PERMESTA. Rumah Sakit PERMESTA tersebut
dikepalai seorang Major (medis) keturunan China asal Manado sekaligus
sebagai Komandan Detasemen Medis pasukan Permesta. (*Taher setelah
sembuh dari luka-lukanya dia bergabung dengan tentara Permesta mengingat
di tentara Permesta ada juga RPKAD yg bergabung, di perkirakan 40
personil RPKAD bergabung sebelum pecah perang. Dan setelah perang
Permesta usai Taher pulang ke Jawa melapor kembali kesatuan-nya di
RPKAD, dimana dia sendiri sudah dinyatakan tewas dalam tugas dan
Jasadnya tidak diketahui, apalagi mengingat Tentara Pusat/TNI-Brawijaya
memberi provokasi-pemberitaan bahwa PERMESTA adalah pasukan gerombolan
dan barbar, tetapi Kopral (RPKAD) Taher memberi kesaksiannya atas apa
yang dialami-nya selama dia dirawat karena lukanya dan sebagai tahanan,
dan menerangkan ke atasannya bahwa setelah sembuh dia akhirnya memilih
bergabung dengan tentara Permesta dan ikut bertempur melawan Tentara
Pusat/TNI-Brawijaya, Kopral (RPKAD) Taher akhirnya mendapat penghargaan
kenaikan pangkat ke Sersan Major RPKAD-TNI dan mendapat bintang Jasa).
Tidak berapa lama setelah kegagalan RPKAD di Mapanget, AURI datang
menyerang Mapanget dengan kekuatan pesawat pesawat pemburu P-51 mustang,
dimana mereka praktis beroperasi leluasa dan datang dari Morotai yang
telah direbut TNI dari Pasukan PERMESTA di kep. Halmahera, dimana
sekalipun TNI menyerbu ke Maluku Utara dan berhasil menguasai lapangan
Udara Morotai milik PERMESTA, TNI tidak sanggup mengalahkan pasukan
PERMESTA yang bertahan di kep. Halmahera atau KDP I Tentara Permesta.
Pesawat-pesawat AURI sendiri sebelum RPKAD mencoba menyerang Mapanget,
telah berhasil dirontokan oleh pertahanan lapangan udara PERMESTA di
Mapanget yang notabene mereka adalah ex-KNIL yang mengawaki kanon-kanon
anti serangan udara, dan sampai pada saat itu mereka atau ex-KNIL
tersebut telah merontokan 3 pesawat AURI dimana sebuah pesawatnya jatuh
di tanjung merah-Girian dan menewaskan Pilotnya, 2 lainnya jatuh ke laut
tetapi Pilot-pilotnya berhasil meloncat keluar pesawat dan mendarat
dengan parasut dilaut, kemudian di evakuasi oleh ALRI. Dan sejauh itu
merupakan kemenangan Angkatan Darat Revolusioner-PERMESTA terhadap AURI
setelah AUREV-PERMESTA praktis tidak leluasa beroperasi. Kembali seperti
biasa AURI menyerang Mapanget dan seluruh awak kanon anti serangan
Udara PERMESTA kembali menembak beruntun serempak ke Udara dari mana
datangnya pesawat-pesawat AURI; sebut saja salah seorang ex-KNIL; Oom
Pandey menjadi awak Kanon Anti Serangan Udara sudah berkacamata dan
berusia diatas 50-an dengan tenang tanpa menunjukan airmuka gugup masih
sanggup menembakan kanon anti serangan Udara ke arah pesawat pemburu
AURI, dimana pesawat pemburu AURI tersebut sedang mengincar posisi kanon
dari Oom pandey sambil menembakan roket serta mitraliur, dan roket
pesawat pemburu AURI tersebut menerpa pinggiran kanon anti serangan
Udara dan membuat Oom pandey tersebut terlempar keluar posisinya untung
saja Oom Pandey tersebut tidak terluka, dia bergeming dan bergegas
kembali duduk dibelakang kanon dan kembali memutar posisi kanonnya ke
arah pesawat pemburu AURI dan menembak. Kanon-kanon anti serangan Udara
PERMESTA lainnya menembak dan menebar peluru seperti jala di Udara
Mapanget…sampai akhirnya pesawat-pesawat AURI menghilang dari wilayah
Udara Mapanget. Pertahanan Udara PERMESTA di Mapanget merupakan
pertahanan Udara terkuat yang diakui pernah dihadapi AURI sepanjang
sejarah AURI berdiri dan terlibat diberbagai penugasan operasi udara.
Beberapa eks-KNIL juga mengawaki meriam lapangan seperti meriam
berkaliber 155mm meriam pertahanan pantai digaris pantai Kota Manado,
Recoilles Gun cal. 75 atau mortar 81 dalam memberikan tembakan bantuan
kepada gerak maju Infanteri PERMESTA, atau membuyarkan serangan atau
posisi musuh.
Di Infanteri PERMESTA eks-KNIL terlibat juga di garis depan, sebut
saja Major (Permesta) Sem Lepar eks-KNIL juga, jauh sebelum menjabat
kepala staf brigade Pancasila/Wehrkrise III di KDP II tentara Permesta,
Major Lepar ini pernah memimpin Kompi KMKB –Manado (Garnizun) menahan
gerak maju pasukan Tentara Pusat dari arah Tuminting ke kota Manado, dan
menjadi pasukan terakhir yang meninggalkan kota Manado sebelum Manado
di kuasai Tentara Pusat. Sementara itu di awal perang PERMESTA, tentara
PERMESTA melancarkan “offensive operation” ke Sulawesi Tengah dan banyak
eks-KNIL diikutkan dioperasi itu beserta dengan Brigade 999 dan eks
Batalion 719-TNI(belakangan sebagian menjadi Batalion Q) dibawah komando
panglima operasi Kolonel (Permesta) D.J Somba mereka sukses menguasai
SulTeng, Tapi tidak berapa lama sebagian besar pasukan yang merebut
SulTeng (Brigade 999) balik ke Minahasa melalui darat lewat hutan
belantara, dimana eks-KNIL itu kebanyakan mati diperjalanan balik atau
ketika mereka long march melintasi hutan belantara dari Sulawesi Tengah
ke Minahasa, kebanyakan eks-KNIL tidak sanggup meneruskan perjalanan
lagi karena usia dan habisnya perbekalan, mereka hanya menulis surat dan
menitipkan pesan untuk keluarga mereka melalui tentara-tentara Permesta
yang lebih muda yang masih sanggup melanjutkan perjalanan kembali ke
Minahasa.
Ada juga Major (Permesta) David Pantow eks-KNIL yg pernah menjadi
tawanan perang Jepang di Perang Pasifik, ditawan Jepang di Rabaul (kamp
interniran), pada awal perang Permesta di Gorontalo, didesa Telaga,
Kompinya terjebak ditengah-tengah satu Batalion TNI, dalam keadaan
dikepung dan diserbu oleh tembakan jarak dekat dan bayonet oleh tentara
Pusat ke posisi Kompinya, Major (Permesta) David Pantow dan seorang
perwira peleton lainnya juga eks-KNIL dengan pistol ditangan kiri dan
kelewang KNIL ditangan kanan mereka berdua memotong-motong ratusan TNI
yg datang menyerbu dengan bayonet sampai akhirnya kompi Major (Permesta)
David Pantow mendapat celah untuk keluar dari kepungan. Dan Major
(Permesta) David Pantow ini kemudian menjadi Komandan Batalion
O/Pinaesaan dan ikut membawa Batalionnya tersebut dalam operasi serangan
umum di Kawangkoan. Setelah Kotamobagu jatuh ke tangan Tentara Pusat
sept. 1959, di tahun 1960 di daerah dumoga Batalion O/Pinaesaan pernah
memukul mundur telak Batalion 521/Brawijaya TNI meninggalkan ratusan
personilnya tewas. Major David Pantow sendiri setelah perang Permesta
berhenti lewat penyelesaian 4 April 1961, ketika ditugaskan dengan
beberapa perwira menengah tentara Permesta yg akan meng-sosialisasikan
ke Tentara Permesta yg masih dikantong-kantong pertahanan di daerah
Brigade 999 untuk diberi himbauan supaya turun dari daerah kantong
gerilya sesuai kesepakatan 14 April 1961 dengan Pemerintah Pusat, dia
dijebak diperjalanan oleh Tentara Pusat yang juga bersama dengan mereka,
dihutan sebelum area Tompaso Baru dan dibunuh oleh Tentara
Pusat/TNI-Brawijaya (dendam peristiwa telaga) termasuk perwira menengah
Permesta yg ikut dengannya. Kemudian dilaporkan Tentara Pusat bahwa
Major (Permesta) David Pantow beserta beberapa perwira menengah Tentara
Permesta yang ikut dengannya disergap dan di bunuh oleh Tentara Permesta
yang tidak mau menerima penyelesaian perang Permesta.
Banyak lagi kisah kisah para eks-KNIL di PERMESTA TROOPS lainnya yang
menunjukan loyalitas dan profesionalitas mereka sebagai militer.
Sekalipun dalam usia yang dinyatakan sudah hampir tidak memenuhi syarat
di medan tempur, setidaknya eks-KNIL atau “the Oldcrack” atau tentara
tua yang berpengalaman telah memberikan contoh moril dan moral dalam
pertempuran bagaimana seharusnya untuk menghadapi pertempuran itu
sendiri. Dengan disiplin tentara yang “Cadaver” atau disiplin mati,
mereka tidak pernah melibatkan dan dilibatkan dalam bentuk apapun yang
berbau politik, militer yang benar-benar bertugas untuk perang saja, dan
dalam pertempuran sering kali para KNIL menghunus kelewang KNIL mereka
untuk bertempur dalam jarak dekat sambil berteriak dengan lantangnya
“KNIL nooit retraite!” (KNIL pantang mundur). Dan sangat pantaslah
dengan badge atau lambang KNIL; seekor singa jantan yang berdiri mengaum
sambil mengangkat pedang dan memegang perisai khas cakalele dengan
warna keseluruhan orange bright (KNIL-Koninglijke Nederland Oost
Indische Leger-Legiun Kerajaan Hindia Timur Belanda).
Tidak ada salahnya juga terima kasih dan penghormatan disematkan
kepada orang-orang tua bekas-bekas KNIL yang telah mendedikasikan sisa
hidupnya dan mati dalam pertempuran untuk membela panji-panji PERMESTA
pada perang PERMESTA 1958-1961. KNIL-“ Singa-singa dari Hindia Timur.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar