Area Benteng Minawanua Tondano. *) |
MATULANDI, Kepala
Balak Tondano-Touliang, tokoh perang Minahasa terkenal 1808-1809. Tidak
tertangkap Belanda usai perang, setelah lari dan bersembunyi di Kakas. Ketika
Inggris berkuasa, menjabat ulang Kepala Balak Tondano (Touliang) selama 2 tahun.
Versi lain di tahun 1817 diangkat kembali jadi Kepala Balak Tondano-Touliang
mengganti Jacob Supit hingga 1829. Sedang versi lain lagi, ia menjabat wakil
kepala balak di bawah Tewu sejak 1783, lalu kepala balak menggantikan Tewu yang
sakit selang 1802 hingga 1820. Ia memimpin pemindahan dan pembangunan kota
Tondano baru bersama-sama Mantilen Supit, sebagai peletak batu Panimbe, dan
membangun kediamannya di Tounkuramber. Ia pula dipercayai yang meneken
perjanjian dengan Residen Inggris Thomas Nelson 14 September 1810. Sebagai
leluhur Dr.Sam Ratulangi, dihadiskan anak Dotu Rompas dengan Lumelei (cucu
Erungan) dan adik dari Maniga (Manege) yang juga dikenal sebagai
pemimpin-pemimpin Tondano-Touliang. Ia memperistri Tuminau, keturunan Singal.
Putrinya bernama Maas dikawini pertama Moningkaling Tewu lalu kedua dengan
Umpel Johanis Kawilarang. Putri lain bernama Sarah dikawini Maengkom, dan nenek
Mariwu Maengkom.
MAWIKERE, Hukum Tombariri di
Woloan (kini Tomohon). Waruganya di Katingolan, negeri tua Woloan bertarik 26
Mei 1779, bertulis Maweikere. Dikisahkan ketika meninggal tidak dikuburkan di situ, tapi di Tanawangko.
Waruga Hukum Mawikere di Woloan kini. *) |
MOGOT, Kepala Balak
Tondano-Toulimambot pertama setelah dibagi 2, ditaksirkan tahun 1750.
MOGOT, B., Disebut memangku jabatan Kepala Distrik Langowan bergelar Mayoor pada
Desember 1899 dengan Hukum Kedua B.A.Pelenkahu.
MOGOT, Elias Pinontoan, (1798-22
Mei 1876). Hukum Besar Kepala Distrik Remboken bergelar Mayoor. Pada tanggal 26
Desember 1841 beli tanah Kalakeran Remboken di Manado seluas 11.138 m2 dari
Thomas Landouw seharga f.1.000. Peristri Elisabeth Tewu, putri Moningkaling
Tewu serta Maas Matulandi dan peroleh anak Nicolaas Mogot. Sebagai hukum kedua
ditunjuk kemenakannya W.Endoh, lalu diganti anaknya Nicolaas E.Mogot yang kelak
diangkat sebagai Kepala Distrik Langowan.
MOGOT, Everhardus ‘Gerardus’, (Remboken 15 Maret
1860-Langowan 6 Februari 1934). Pensiunan Hukum Besar. Menjabat Hukum Besar
Langowan 1904-1911. Anak Mayoor Nicolaas E.Mogot dan Sophia Wenas. Kawin
pertama dengan wanita Cina lalu dengan H.Frederika Tewu. Anaknya dari
Frederika: Nelly Betsy (dikawini Mayor KNIL Alexander H.K.Kawilarang, ayah Alex
Kawilarang); lalu Tilly, Nicolaas, Everhardus, Matulandi, Mien dan Dicky Mogot.
MOGOT, Everhardus H.B.‘No’(Emil), (Remboken
27 Oktober 1898-Makassar 4 November 1953). Pamongpraja. Pernah Hukum Kedua di
Eris tahun 1933, lalu Hukum Kedua
Langowan tahun 1942, merangkap jadi anggota Minahasa-Raad dari daerah pemilihan (kiesdistrict) Langowan
sejak 1938-1942. Kemudian diangkat oleh pemerintah Jepang menjadi Hukum Besar (Gunco)
Langowan hingga tahun 1944. Salah seorang pengurus dari Barisan Nasional
Indonesia (BNI), duduk di Dewan Minahasa 1948 wakili BNI. Anak Everhardus Mogot
dan H.Frederika Tewu. Kawin dengan Amelia Josephine Wenas (1911-2000).
MOGOT, Gerrit R., (Manado 10 Agustus 1849). Hukum Besar,
tapi mundur dan ke Jawa setelah rencana pernikahannya dengan wanita Belanda
Maria Augustina Wieling (kelahiran Jombang 1859) ditentang. Kawin di Mojokerto
15 Desember 1894, dan berpindah-pindah tempat serta bekerja di perkebunan
gula. Lama tinggal di Jombang, memiliki
7 anak.
Mayoor Nicolaas E.Mogot. *) |
MOGOT, Nicolaas E., Kepala Distrik Langowan, menjabat dari tahun 1891 menggantikan
N.Pandeirot. Menjabat sampai tahun 1904, dan karena berjasa, dianugerahkan
gelar kehormatan Mayoor. Sebelumnya diangkat ayahnya Elias P.Mogot yang
menjabat Hukum Besar Remboken sebagai Hukum Kedua Remboken dengan menggeser
W.Endoh. Miliki
tanah seluas 126,6 hektar di Rumbia Langowan. Kawini Sofia Wenas, dan peroleh
anak: Rinei, Nicolina, Elisabeth dan Everhardus.
MOGOT, Nicolaas ’Nico’ Frederik G., (Remboken 14 Januari 1896-Jakarta, 1945). Pamongpraja.
Hukum Kedua Distrik Langowan, Hukum Besar Distrik Manado dan Hukum Besar
Distrik Amurang. Tahun 1939 anggota Minahasa-Raad (saat Hukum Besar Amurang)
serta Hukum Besar Distrik Ratahan-Ponosakan-Tonsawang. Saat di Ratahan, jadi
penjabat Hukum Besar Tonsea selama 1 tahun ganti Hukum Besar Pelenkahu yang
sakit. Tahun 1939 ke Jakarta, bersama B.W.Lapian jadi anggota Volksraad (Dewan
Rakyat) hingga 1941. Terakhir menjadi Kepala Penjara Cipinang Jakarta.
Meninggal dibunuh, dan jenasahnya dibawa dan dikuburkan di pemakaman keluarga
Mogot di Langowan. Ia anak Everhardus Mogot, kawin dengan Wilhelmina Emilia
Inkiriwang dan ayah Lilly, Hetty, Eddy, Mayoor Daan Mogot (pahlawan yang gugur
di Lengkong), Fietje dan Tilly Mogot.
Nicolaas Frederik 'Nico' Mogot. *) |
MOGOT, Wilem F.L., Pamongpraja tempo dulu. Diangkat Residen Manado
sebagai Hukum Besar Kepala Distrik Kawangkoan tahun 1927 untuk sementara waktu
menggantikan Gerrit Tambajong. Posisi tersebut dipegangnya hingga 1929 ketika
ditunjuk menggantinya Carolus Waworuntu.
MOKALU, Dikisahkan seorang penghulu dari
Sonder yang bertikai dengan penghulu Kawangkoan bernama Mangare, berakibat
negeri-negeri Lana, Kiawa, Matani dan Sonder memisahkan diri dari Kawangkoan
dibawah kepemimpinannya. Kemudian digantikan Pesik yang diangkat sebagai kepala
balak tahun 1703.
MOKOAGOW, Dotu Kepala Pakasaan Tomohon setelah pembagian di Watu Pinawetengan,
serta leluhur para kepala balak di Tomohon dan Sarongsong. Disebut juga Rori,
dan asli orang Minahasa, sebagai anak Lumondong dan Rumesek serta bersaudara
dengan Oso dan Tunelun. Mengawini Sumemba dan Maowey (Maurey). Dari Sumemba
memperoleh anak Winuwus (dikawini Tamboto) dan kakek Lewlew (ayah Paat Kolano)
serta Sumengkar (istri Lontoh Tuunan). Sedangkan dari Maowey peroleh anak
bernama Pelealu. Sebuah versi menyebut ia identik dengan Mangangantung atau
Mangantung.
MOMUAT, Oscar, Pamongpraja. Pernah
Hukum Kedua Tombatu 1920-1924, Hukum Kedua Langowan 1926-1930 dan Hukum Kedua
Tomohon 1930-1931. Anggota Minahasa-Raad 1924-1926.
Petrus Momuat 1905. *) |
MOMUAT, Petrus Tingalou, Pamongpraja. Hukum
Kedua Tombatu tahun 1905 lalu Hukum Kedua Ongkau Distrik Tompaso di tahun 1919
ketika duduk jadi anggota Minahasa-Raad dari Kiesdistrict Tompaso menjabat
hingga tahun 1923. Kemudian sebagai Hukum Besar Tombatu. Anak dari Semuel
Momuat.
MOMUAT, Semuel, Hukum Besar
Tonsawang sekitar tahun 1890 menggantikan A.Kindangen.
MOMUAT, Wim ‘Bob’, Kepala Distrik
Ratahan sejak 1941, dan di masa Jepang. Anggota Minahasa-Raad 1935-1942.
Kemudian tahun 1945 Kepala Distrik Kawangkoan. Pernah Hukum Kedua antara lain
di Langowan 1930-1933, Noord Manado (Manado Utara) sejak 1933, dan
Kauditan 1938-1941. Tahun 1948 bestuurhoofd
diperbantukan di Dewan Minahasa serta penasihat partai Hoofdenbond. Tahun 1953
ditugaskan dan jadi pejabat di Maluku.
MONGI, Kepala Balak Tombariri 1738-1750.
Anak Supit Sahiri dari istri Woki Konda. Menggawini Linensunan, dan diganti
adiknya Tinangon. Ibukota Tombariri dipindahkannya dari Katingolan (kini Woloan
I Utara) ke Lolah (tua). Ada versi berkembang Tinangon justru sebagai ayah dari
Mongi.
Jan Mongula. *) |
MONGULA, Jan Piet, (Ranoketang Atas 11 Februari 1909). Birokrat dan politikus. Asal Ratahan.
Pendidikan: Sekolah Rakyat jaman Belanda di Langowan, lalu di Batavia 1925-1928
sekolah Rechtshoogeschool. Kembali
jadi Kepala Jaga di Ranoketang. Periode 1935-1942 anggota Minahasa-Raad dari
Kiesdistrict Tonsawang. Anggota Komite Tenaga Rakyat (KTR) dari Distrik
Ratahan. Juli-Agustus 1945 Hukum Kedua Tombatu, lalu Hukum Kedua Manado Utara sekaligus
anggota Minahasa-Raad Mei 1946. Dalam Konperensi Malino (16–25 Juli 1946)
wakili Minahasa sebagai peserta bersama-sama E.D.Dengah. Jadi salah seorang
pimpinan Komite Ketatanegaraan Minahasa (KKM), dan penulis di Hoofdenbond, Persekutuan Kepala
Distrik. Sebagai Kepala Daerah Minahasa (KDM) 15 Desember 1953-9 Juni 1954,
lalu pejabat KDM dari 21 Juni 1965-12 April 1966 merangkap Ketua DPRD Minahasa.
Sebelumnya juga ia pernah jadi Walikota Manado ke-7, 23 September 1958-1 Maret
1960. Tanggal 1 Agustus 1958 jadi Ketua Dewan Kurator Perguruan Tinggi Manado
(PTM) yang kelak jadi Unsrat.
MONINGKA, Kepala Balak Tondano mengganti Zakarias
Sangari Mamapekasa hingga tahun 1750 ketika balak Tondano dibagi 2, Toulimambot
di bawah Mogot dan Touliang dibawah Wuisang. Dikisahkan sebagai anak Walewangko
dan Palowulan, cucu Walao dan cicit Singal. Kawini Maamiru, berputra Maalangen.
MONINGKA, Kepala Balak
Tondano-Touliang di tahun 1780. Disebut juga Moningkey, sebagai anak Maalangen
dan Kasingka serta cucu Moningka. Kawin dengan Nenekan dan berputra Wuner.
MONONIMBAR, Pemimpin Tondano
ditaksirkan pertengahan tahun 1500-an, dibawah Lonkia. Ikut mendirikan negeri
Tondano di Minawanua, dan dikisahkan sebagai seorang panglima, memimpin
pertempuran dengan orang Spanyol, bersama-sama Rakian. Dengan tipu muslihat, ia
bersama Rakian tertangkap di sebelah barat Tondano, Tataaran sekarang dan
dibunuh.
MONONUTU, Jan Hendrik, Pamongpraja.
Tahun 1919 Hukum Kedua Manado, dipilih dari Kiesdistrict Manado sebagai anggota
Minahasa-Raad hingga 1924. Belakangan di tahun 1950 sebagai Hukum Jaksa Manado.
MUMEK, Kepala
Balak
Kakas. Pada 20 April 1783 bersama-sama para Kepala Tondano (Touliang,
Toulimambot) dan Remboken, menyurat pada Residen Manado Johannes Boot(h) untuk
masuk Kristen. Kepala Kakas lain yang ikut bertanda adalah Rampengan. Mereka
berjanji kalau melawan sumpah akan polote seperti senapan dan akan tikam dengan
sagu-sagu.
MUNTU, Alexander Willem, Pamongpraja. Pernah
menjabat Hukum Besar Kepala Distrik Toulour (Tondano).
NELWAN, Daniel, Kepala di Tonsea tahun 1778, telah beragama Kristen.
NGARE, Kepala Balak Bantik
yang tahun 1817 jadi anggota Majelis Minahasa untuk memeriksa dan memutus
perkara dibawah pimpinan Residen Manado T.P.A.Martheze. Menggantikan Urbanus
Matheos.
OMPI, Drs. Boetje F., Pamongpraja. Pernah Hukum Kedua di Kauditan 1946, lalu referendaris
diperbantukan Kepala Daerah Minahasa (KDM), serta 1955 mengajar di FKIP Unhas
yang jadi IKIP dan kini Unima.
Mayoor Ompi. *) |
OMPI, F.O., Pamongpraja keluaran Sekolah Raja (Hoofdenschool)
Tondano. Pernah menjabat
Hukum Kedua Kauditan 1928-1931, Kepala Distrik Amurang hingga 1935 lalu Kepala
Distrik Manado 1935-1942. Mendapat gelar kehormatan Mayoor dari Belanda. Juga
anggota Minahasa-Raad 1927-1942. Tahun 1946 sebagai salah seorang anggota
pengurus Komite Ketatanegaraan Minahasa (KKM).
ONDANG, Lengkey, Mantan Kepala Distrik
Tombasian.
OPATIJA, Gerrit, Hukum Kepala Balak Manado di tahun 1803 dan juga 1817, beragama Kristen. Tahun
1810 meneken perjanjian dengan Residen Inggris Thomas Nelson atas nama Balak
Manado. Tahun 1817 tercatat menjadi anggota Majelis Minahasa (Land of
Minahasaraad yang tahun 1889 jadi Landraad) untuk memeriksa dan memutus
perkara-perkara, dibawah pimpinan Residen T.P.A.Martheze.
PAAT, (Tomohon?-1725). Tokoh tritunggal Minahasa yang dijuluki Kolano. Tahun
1689 diangkat jadi perantara dengan Belanda bergelar Hukum Mayoor Kepala hingga
3 Februari 1722. Menjabat pula Kepala Balak Tomohon. Ia anak Lewlew dan
Mananuner. Sebagai cucu Kepala Tomohon Tamboto, dan Lolong Kepala Ares. Bibinya
Sumengkar dikawini Lontoh Tuunan. Kawini Ringkitan. Ia digantikan anaknya
Manengkeimuri. Putrinya bernama Liwun adalah nenek Lontoh Tuunan (2), pahlawan
perang di Tondano 1808.
PALAR, Salah seorang panglima dan pemimpin
Tomohon di negeri lama Nimawanua (kini masuk Kelurahan Kolongan Tomohon Tengah)
di akhir abad ke-19. Kawini Wuaimbene alias Wurimbene, putri Kepala Balak
Tomohon Mayoor Manopo Supit, dan jadi ayah dari Ngantung Palar dan Tololiu
Palar. Dikisahkan masih suka mengayau, dimana rumahnya berhiaskan banyak
tengkorak. Waruganya berada di Nimawanua.
Waruga Mayoor Ngantung Palar. *) |
PALAR, Ngantung, (1776-1853), Kepala Distrik Tomohon bergelar Mayoor, keturunan
Mangangantung (1) dan Tololiu Tua, anak Hukum Palar. Setelah diajak Kepala
Distrik Sarongsong Mayoor Herman Carl Waworuntu, bersama keluarganya dibaptis
Kristen oleh Pdt.Nicolaus Phillep Wilken tahun 1847. Sebelumnya bernama
Mangangantung, dan menjabat Kumarua (Hukum Kedua) 1824-1835, lalu sebagai Kepala
Distrik sejak 1835 hingga 1853. Tokoh yang memindahkan ‘kota’ Tomohon dari
negeri lama di Nimawanua Kolongan ke lokasi sekarang, setelah terjadi gempabumi
yang menghancurkannya 1845. Ia juga membangun Loji Tomohon untuk tempat
peristirahatan tamu pejabat, yang kemudian dijadikan gedung gereja Protestan
Tomohon pertama oleh Residen Manado Albert Jacques Frederik
Jansen. Waruganya yang anjlok di Matani III Tomohon dipugar
pertama masa Gubernur H.V.Worang. Digantikan oleh anaknya Roland Ngantung.
PALAR, Roland Ngantung, (1797-1862), Kepala
Distrik Tomohon bergelar Mayoor 1853-1860. Anak Mayoor Ngantung Palar. Sebelum
dibaptis Pendeta N.Ph.Wilken bernama Rondonuwu, dan dimasa ayahnya memangku
jabatan Hukum Kedua 1835-1853. Ia sempat menjamu naturalis Inggris Alfred
Russel Wallace tahun 1859. Posisinya sebagai kepala distrik digantikan oleh
pamannya Lukas Wenas.
PALAR, Sondag, Kepala Sonder di
Kiawa. Tahun 1829 berangkat ke Jawa memimpin Pasukan Tulungan asal Sonder,
dengan pangkat Kapitein, dibawah Mayoor Tololiu Dotulong. Terkenal dengan
sebutan sebagai Palar van Sonder. Dari kisah-kisah di Sonder, dialah bersama
Mandagi dari Sarongsong yang memimpin pasukan yang melakukan penangkapan
Pangeran Diponegoro 1830.
PALAR, Tololiu, (meninggal 1875),
Tokoh berpengaruh di Tomohon pertengahan tahun 1800-an. Disebut Hukum Tua
Matani pertama. Adik Mayoor Ngantung Palar. Waruganya dibongkar masa Gubernur
Worang dari lokasi di Nimawanua ke dekat waruga kakaknya Ngantung Palar.
PALAR TAMBUWUN, Kepala Balak Sonder menjabat sejak 1809 mengganti kakaknya Walewangko.
Mengundurkan diri karena sakit-sakitan tanggal 1 Junii 1824 digantikan cucu
Walewangko, yakni Tololiu Dotulong.
PALEY, Petrus, Kepala Balak Bantik disebut
di tahun 1850-an menggantikan Masoboy. Telah memeluk agama Kristen. Setelah
meninggal diganti Salmon Mandagi.
PANDE-IROOT, Herling, Pamongpraja. Hukum Kedua lalu menjadi Hukum Besar Kepala Distrik di
Pasan-Ratahan-Ponosakan 1919, ketika jadi anggota Minahasa-Raad dari kiesdistric
tersebut, hingga tahun 1923. Tahun 1919 Pasan-Ratahan-Ponosakan disatukan
dengan Distrik Tonsawang jadi Distrik Ratahan. Anak Nicholaas Pande-Iroot.
Kawin dengan Saerang lalu kedua dengan Sabina Kumolontang, putri Jan
Kumolontang, Hukum Tua Kojawas Langowan dan cucu Oscar Gerung Kumolontang. Anak
tertuanya dari Sabina Paul (Po) kelak jadi Hukum Besar Tondano. Putrinya Roos dikawini Herman Jacob Wenas,
dan Nicolina dikawini A.B.H.Waworuntu.
PANDE-IROOT, Marinus Z., Pamongpraja. Pernah Hukum Kedua Langowan tahun
1933.
PANDE-IROOT, Nicholaas, Kepala Langowan, anak Elias Pandeirot. Awali
sebagai Klerk (jurutulis) Wolaang, lalu diangkat Residen Robert Scherius
sebagai Klerk Kantor Distrik. Tahun 1861 diangkat Kontrolir J.G.F.Riedel
sebagai Hukum Tua Walantakan. Naik sebagai Hukum Kedua Desember 1879, dan sejak
Februari 1884 diangkat sebagai Hukum Besar Distrik Langowan hingga tahun 1891.
Kawini A.Lalujan, dan ayah Herling Pande-Iroot. Diberi gelar kehormatan Mayoor.
PANDE-IROOT, Paul Po, Kepala Distrik (Gunco) Tondano di zaman Jepang, menggantikan Efraim
Lumanauw, menjabat 1943 hingga 1 Mei 1945. Sebelumnya Hukum Kedua, antara lain
di Langowan 1926-1930, Tanawangko, Amurang dan Tondano. Pernah anggota Minahasa-Raad
1931-1931-1934 dan 1938-1942. Anggota Komite Tenaga Rakyat (KTR) sejak awal 1945.
PANGALILA, (meninggal 1790), Hukum
Kepala Balak Tondano-Toulimambot. Pada 20
April 1783 bersama-sama Hukum Sumondak (ada versi saudaranya) dari Tondano-Touliang serta kepala
Remboken dan Kakas menyurati Residen Manado Johannes Boot(h)
minta masuk Kristen. Membahasakan diri sebagai Hukum Tuwah. Mereka berjanji berkumpul di pantai Atep, dengan mengangkat sumpah kalau melawan
akan polote seperti senapan dan ditikam dengan sagu-sagu. Kepala (Hukum) lain
dari Toulimambot yang turut bertanda krois dengannya adalah: Kumumbing
(Kuminbing), Supit, Rumagit, Palandi dan Emor. Hukum lain yang diduga dari
Toulimambot (tapi tidak disebut asalnya) adalah: Sumampo, Sumendap, Lotulung,
Wulur dan Rampas. Sedangkan kepala lain Toulimambot yang disebut ‘ada 5
parentah dalam Hukum Pangalila’ adalah: Wilar (disebut juga Hukum Tuwah),
Senduk (Sendoh), Rantung, Tetengean, Mamait dan Koruwa. Ketika Tondano bergolak tahun 1790 ia jadi penentang Residen
J.D.Schierstein, dan ditangkap Kompeni Belanda 28 Juli 1790. Meninggal di
Benteng Amsterdam, diduga dibunuh. Dipercayai ia merupakan anak Moningka dan
Tinoenouw, cucu Pangemanan dan Linensunan. Istrinya bernama Sangalian, dan
keduanya memiliki putra dinamai Kambey Marten Pangalila yang memperistri
Wilhelmensi Ratumbuysang).
PANGALILA, Jotham, Hukum Kedua Eris tahun 1915. Kawini Elisabeth Maas Walangitan. Putra David
Pangalila dan Amelia Kawilarang serta cicit Pangalila. Ayah Wim Pangalila.
PANGAMO, L., Hukum Besar Klabat di-Bawah
di Manado. Pada 10 Mei 1849 membeli tanah Kalakeran Klabat di-Bawah di Manado,
seluas 21.345 m2 dari Ong Lap Ke seharga f.375. Ong Lap Ke sebelumnya membeli
tahun 1827 dari van Delden.
PANGEMANAN, Kepala Tondano,
dihadiskan memerintah sekitar tahun 1630 menggantikan Tewu. Sebuah versi, ia
adalah anak Nelwan dan Simbo, cucu Wakulu Kawengian, serta sepupu Inelewan.
PANGEMANAN, Kepala Tomohon. Anak
Lontoh Tuunan dengan Rungkew, dan disebut juga Pangemanan Lontoh. Ganti ayahnya
sebagai Hukum di Kamasi. Kawini Tempun, keturunan Paat Kolano, serta istri
kedua Tumete Liwun, putri Kepala Balak Sarongsong Mayoor Tamboto. Tumete Liwun
kelak dibaptis Kristen bernama Maria Lontoh. Darinya Pangemanan beroleh putri
bernama Elisabet Putih Lontoh yang diperistri Lukas Wenas, kelak Kepala Distrik
Tomohon.
PANGKEREGO, Kepala Balak
Minahasa bergelar Hukum Mayoor di tahun 1728 dan juga dicatat namanya di tahun 1730
masa Residen Thomas Heymans ditulis Panterejo, bersama-sama dengan Hukum Mayoor Siwi
(Soebij, Sibi?). Telah Kristen. Versi lain adalah Hukum Mayoor di Balak Kakaskasen.
PANGKEY, F., Jurubahasa. Ikut meneken kontrak 20 Januari 1829 antara Belanda dengan
kepala balak Sonder, Tombasian dan Rumoong.
PANGKEY, Nusa, Tokoh Sonder, yang
tahun 1829 berangkat ke Perang Diponegoro dalam pasukan Tulungan asal Walak
Sonder. Peroleh pangkat Letnan Dua, dibawah komandan Kapitein Sondag Palar.
PANTOUW, Hukum di Balak Sarongsong (kini masuk Kecamatan Tomohon Selatan) di tahun
1808.
PARENGKUAN, Kepala Balak Kakaskasen tahun 1730.
PARENGKUAN, Alfreds, Mayoor Kepala Balak Kakaskasen. Putra sulung dan pengganti Mayoor Masairi
Parengkuan tahun 1830.
PARENGKUAN, F., Kepala Kakaskasen. Awalnya
tahun 1840 sebagai Hukum Kedua dibawah kakaknya H.Parengkuan, lalu
menggantikannya di tahun 1850 sebagai kepala distrik.
PARENGKUAN, H., Kepala Distrik
Kakaskasen di tahun 1840. Digantikan berturut-turut oleh tiga orang adiknya.
Berturut-turut: F.Parengkuan, lalu W.L.Parengkuan dan P.F.Parengkuan.
PARENGKUAN,
Mainalo Sangian, Kepala Balak
Kakaskasen 1760-1790 bergelar Mayoor. Ada versi lain Mainalo identik dengan
Mainalo Sahiri Parengkuan. Ia mengganti ayahnya bernama Siwi dengan
menyingkirkan kakaknya bernama Palantung. Siwi sendiri menggantikan ayahnya
Lumanauw, sementara Lumanauw yang memperistri Wawu Tambengi (Bulai) mengganti
ayah tirinya Palantung.
PARENGKUAN, Masairi Sahiri, Kepala Balak
Kakaskasen di Lota sejak 1800-1830. Ada sebut ia identik dengan Mainalo
Sangian. Putra-putranya berturut-turut menggantikannya, dimulai dari Alfreds
Parengkuan, H.Parengkuan, F.Parengkuan, W.L.Parengkuan, dan P.F.Parengkuan. Salah
seorang istrinya bernama Wulantinenden dan seorang putrinya yang terkenal
adalah Tamene.
PARENGKUAN, Paul Frederik, Kepala Distrik
Kakaskasen hingga 1890, bergelar Mayoor. Sebelumnya sebagai Hukum Kedua dibawah
kakaknya W.L.Parengkuan. Kemenakannya Ch.Parengkuan ditunjuk jadi Hukum Kedua
dalam masa pemerintahannya. Tahun 1877 ikut memprotes domein verklaring
bersama-sama para kepala distrik lainnya.
PARENGKUAN, Tamene, Putri Kepala Balak Kakaskasen Mainalo
Parengkuan yang berwajah cantik. Tahun 1825 dikawini Kumarua (Hukum Kedua) lalu
Kepala Balak Remboken Sumeru Mamahit. Kemudian jadi istri Kepala Distrik Ares
Bastiaan Hubertus Lasut.
PARENGKUAN, W.L., Kepala Distrik Kakaskasen tahun 1860-an, menggantikan saudaranya
F.Parengkuan. Dibawah kakaknya itu memangku posisi Hukum Kedua.
PARENGKUAN, Wilhelmina, Gadis cantik putri Mayoor Kakaskasen di Lota Paul
Frederik Parengkuan yang direncanakan diculik para pekerja tambang emas di
Kali, sehingga dikawinkan dengan Kopral Apolos Minggu (hidup 1818-23 Maret
1898), pengawal Tuanku Imam Bondjol asal Wakian Maluku. Wilhelmina masuk Islam, bernama Yunansi. Menurunkan Islam di Pineleng.
PARERA, Frans Benjamin, Hukum Kedua
Tombariri, anak Mayoor Johanis Marcus Parera. Kawini putri Hukum Besar Jan
Manoppo.
PARERA, Johan F., Kepala Tombariri. Menjabat
Hukum Kedua dan tahun 1931-1938 menjadi anggota Minahasa-Raad dari kies-distrik Tombariri. Ia memulai
pembangunan toko-toko pakasaan di Borgo Tanawangko dari uang sewa Pasar 9
Manado sebesar f.1.850. Juga mantan Hukum Tua Woloan.
PARERA, Johannis Markus, (Tanawangko 15
Oktober 1823-Manado 14 Agustus 1896). Kepala Distrik Tombariri 1867-1896 yang
memperoleh gelar Mayoor, menggantikan Samuel Andries, iparnya. Sebelumnya telah
menjadi Hukum Kedua. Ia anak Johan Frederik Parera seorang tokoh Tombariri
dengan Andriana ‘Ransina’ Andries. Empat kali kawin, yakni Barina Kaligis,
Maria Lasut, Carolina Lang (dikawini 29 Maret 1865) dan Marthina Tambajong anak
eks Mayoor Tompaso. Empat putrinya dikawini tokoh-tokoh pemerintahan di Minahasa. Albertina
Parera dikawini Nicolaas Wakkary kelak Kepala Distrik Manado, Maria Adriana
Parera dikawini Hellebrand Mamahit, Mayoor Kepala Distrik Kakas-Remboken, Amelia
Theodora Parera dikawini Albert Lasut Waworuntu, Mayoor Kepala Distrik Sonder, serta
Anna Louisa Parera dikawini Lambertus Alanus Warokka, Mayoor Kepala Distrik
Kawangkoan.
PELE (PELLE, PELLEH). Tokoh Balak Kawangkoan, anak
Warokka. Ia disebut juga sebagai Kepala Balak Kawangkoan memerintah 1802-1817,
meski versi lain sekedar sebagai Kumarua. Di tahun 1808 masih sebagai Kumarua
di wilayah seberang Ranoiapo (Kawangkoan Bawah kini masuk Amurang). Ayah dari
Kawengian Warokka.
A.A.Pelealu. *) |
PELEALU, Adolf Albert 'Ansye' (Jan), (Tondano 2 April 1930). Mantan birokrat senior. Walikota
Manado ke-14 (23 Agustus 1975-23 Agustus 1985). Pernah Sekda Minahasa Maret
1963-22 November 1969, Pejabat Bupati Minahasa 5 November 1969-25 Juli 1970,
lalu Kadit Pemerintahan Sulut, dan pada 30 Januari 1975 sebagai Pelaksana
Harian Walikota Manado mewakili Pejabat yang juga Gubernur H.V.Worang. Pernah
jadi siswa pejuang, tergabung dalam Korps Pelajar di tahun 1946. Tamat SMP
Tondano 1949, SMA Tomohon 1952 dan Fakultas Hukum di Makassar dan sekolah ilmu
kemasyarakatan. Jabatan mulanya sebagai Hukum Besar Toulour (Tondano)
1962-1963.
PELENKAHU, B.A., Pamongpraja tempo
dulu. Pernah menjadi Hukum Kedua di Langowan 1899
PELENKAHU, Emil Evert Eugene, (23 Februari 1907-2
Maret 1951). Pamongpraja, pernah Hukum Kedua. Anak E.H.W.Pelenkahu.
Foto
Jootje Umboh, Didi Sigar dan repro foto Bodewijn Talumewo.
PUSTAKA
Adrianus
Kojongian Dkk.,’Ensiklopedia Tou Manado’.
Berbagai
sumber literatur Minahasa.
Berbagai
silsilah, slagbom keluarga keturunan penguasa Minahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar