Mayoor Hendrik Supit. *) |
SUPIT, Hendrik Jacob, (Tondano-Toulimambot
1802-Tondano-Toulimambot, 1865). Kepala
Balak Tondano-Toulimambot dipilih penduduk 1846 lalu diperkuat dengan beslit
Residen Manado 28/4 1846 Nomor 440 serta beslit Gubernur Maluku 31/3 Nomor 21
tahun 1848 menjabat hingga 1850. Memperoleh gelar kehormatan Mayoor. Disebut
juga Mayoor Hendrik Werias Supit (Werias nama sebelum dibaptis Kristen oleh
Pendeta Johann Friedrick Riedel). Ia awalnya menjabat sebagai Hukum
Kedua, lalu menjadi salah seorang pemimpin Balak Tondano dalam
pasukan Tulungan 1829
yang memerangi Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah,
sebagai utusan iparnya Abraham Lotulong yang sedang memerintah. Memimpin pasukan
Tondano berkekuatan sekitar 120 orang. Peroleh pangkat sebagai Kapitein
di dinas militer Hindia-Belanda, dimana dalam kontrak namanya ditulis
Senghari Supit. Dari kisah-kisah keturunannya, Werias Supit adalah salah seorang tokoh yang menangkap Diponegoro.
Rumahnya berada di Liningaan, namun hancur kena bom tahun 1945. Ia kawin dengan Helena Walalangi yang memiliki saudari yang menikah dengan Boeng Dirk
Ratumbuysang Kepala Balak Tondano lain, yakni Petronela Walalangi dan kakak mereka dikawini Abraham Dotulong (Kepala Balak Tondano-Toulimambot 1825-1847).
Dari istrinya Helena
Walalangi, memperoleh tiga anak, yakni Sandrana Supit (dikawini Alexander Kawilarang), Apeles Hendrik Supit, dan putri lain yang
dikawini Philip Sigar.
SUPIT,
Jacob Mantilen,
Kepala
Tondano. Diangkat Residen Inggris Thomas Nelson 5 Agustus 1810 jadi Kepala Balak
Tondano setelah usai Perang Minahasa di Tondano, sebagai kepala kaum pengungsi.
Menjabat kepala balak hingga 1817 (tinggal di Toulimambot). Sebelumnya telah
diangkat Residen Belanda Marinus Balfour sebagai pemimpin sementara Tondano
(Touliang dan Toulimambot). Dibaptis di Manado tahun 1782 oleh Pendeta Ternate Ds.Johan Ruben Adams. Ia pun
dikenal dengan sebutan Jacob Supit van Tanawangko, dan pernah menjabat Kepala Balak
Tombariri, meski versi lain menolaknya. Anak Mamenkou dengan Tindin, keturunan
Supit Sahiri dari istri Tondanonya bernama Riri. Menikahi pertama Ire Pangalila
memberinya anak: Talian Supit, Elkana Supit, Sajendatu Adriaan Supit. Kawin
kedua dengan Wulankoni (lain sebut Mina) Sangari, anak Sangari dan Rarimpatola,
keturunan Maalangen. Dari istri keduanya memperoleh anak: Thomas Supit, Werias Supit alias Hendrik Supit dan bungsu
Catarina Supit.
Dirikan sejumlah negeri, seperti Touliang Oki di Kakas. Versi lain menyebut ia telah
menjadi kepala balak sejak tahun 1807 di Tondano-Toulimambot menggantikan
Sepang, serta terlibat aktif dalam perang Minahasa di Tondano 1808-1809.
Sebelum Minawanua ditaklukkan, lari dan bersembunyi di Tetei Likupang. Kuburnya sekarang berada di tanah bekas milik Jacob Gerungan, tepi kuala Tondano, di sipat (selokan) selatan SMP Negeri 1 Tondano (eks lokasi Hoofdenschool), tanpa batu kubur. Saat
Hoofdenschool didirikan atas pengawasan Opzieter Alex Gerungan, kubur tersebut
berada di sipat antara dua kelas dan diberi bidang kosong yang menandakan
lokasi kubur. Pernah diusulkan oleh keturunannya kepada Bupati Minahasa Drs.Karel
Senduk untuk diberi batu penanda kubur tersebut, namun tersandung masalah
hukum.
SUPIT, Tololiu, (meninggal 1769). Kepala Balak Ares. Diangkat Gubernur Maluku di Ternate Marthen Lelivelt
tahun 1739 menjadi perantara dengan gelar Hukum Mayoor Kepala, sangat dekat
dengan Residen Thomas Heymans, dan menjabat hingga dicopot tanggal 30 Juli
1743, karena laporan-laporan akan tindak-tanduknya. Kemudian tinggal sebagai
kepala balak Ares. Putra
Supit Sahiri Macex dengan istri Ares bernama Suanen. Putrinya bernama
Marawulawan dikawini Lasut yang kelak menggantikannya sebagai kepala balak
Ares. Sedang putri lainnya Wongkol Tololiu dikawini Xaverius Dotulong Kepala Balak
Tonsea.
Supit Sahiri Macex. *) |
SUPIT SAHIRI MACEX, Pacat, (Tomohon?-Tomohon Maret 1738). Tokoh tritunggal Minahasa. Kepala Balak Tombariri 1679-1738, Kepala Balak
Tondano 1710-1730. Meneken Kontrak 10 September 1699, dan dihadiskan juga
meneken kontrak sebelumnya pada 10 Januari 1679. Menjadi perantara Belanda
dengan para kepala balak Minahasa, bergelar Hukum Mayoor Kepala 1689-12 Januari
1711. Waruganya berada di Katingolan lalu dipindah tahun 1845 ke depan gereja
‘Eben Haezar’ Woloan II Tomohon kini. Ia merupakan anak Posumah dengan Winuni,
dan cucu Tonaas Lumi. Gelaran Sahirinya berarti saksi, sebagai saksi perjanjian
dengan Belanda. Istri resminya tiga orang, yakni Laya, Woki Konda dan Suanen.
Juga memiliki sejumlah istri tidak resmi. Versi lain 7 istri, selain Laya, Woki Konda dan Suanen, juga Leonardi
Parera (anak Kapten Portugis), Waar, Riri, dan Kaeruan. Dari Riri memperoleh
anak bernama Nulu yang dikawini Rambek, serta menurunkan
keluarga penguasa Supit di Tondano. Ada catatan usianya
mencapai hampir 110 tahun, dan menjadi duta Minahasa ke Ternate mengundang
Belanda.
TALUMEPA, Tokoh Tompaso yang mendirikan Rumoong Bawah di Amurang, dengan memimpin
pemindahan penduduk dari negeri tua Winuaian di kaki gunung Lolombulan,
diperkirakan abad ke-17.
TALUMEPA, Kepala di Balak Rumoong Bawah di Amurang tahun 1808, menjabat Kumarua.
TAMBAHANI, Dianggap sebagai
tokoh Tondano yang berkuasa ketika Belanda tiba. Bergelar Hukum Mayoor Tondano tahun 1705. Ia pun dikisahkan yang
menandatangani Kontrak 16 September 1699 di Manado. Leluhur Dr.Sam Ratulangi.
Disebut sebagai cucu Singal dan Worek serta anak Tangkere dan Maningkut.
Mengawini Iki dan berputri Lingkan.
TAMBAJONG, Hukum Besar Kepala Distrik Tombatu di tahun 1860 bergelar Mayoor. Ada
menyebut sebagai saudara Mayoor Laatzaar Tambajong yang sementara memerintah di
Tombasian, atau bahkan sebagai Jurian Benjamin Tambajong.
TAMBAJONG, Benjamin, Hukum Besar Kepala Balak
Tombasian. Tanggal 20 Januari 1829 meneken kontrak bersama-sama Kepala Balak
Sonder dan Rumoong di depan Residen Mr.Daniel Francois Willem Pietermaat untuk mengirim sebanyak
50 serdadu dalam pasukan Tulungan yang berangkat ke Jawa membantu Belanda
memerangi Diponegoro. Dua anaknya berturut menggantikannya, yakni Jurian
Benjamin Tambajong dan Laatzar Tambajong.
TAMBAJONG, Gerrit J., Kepala Distrik Sonder terakhir tahun 1911-1921,
ketika distriknya digabungkan ke Kawangkoan, dimana ia menjadi Hukum Besarnya
selang 1924-1927. Sebelumnya selang 1921-1924 sebagai Kepala Distrik Tondano. Ia pun pernah Hukum Kedua
Remboken.
TAMBAJONG, J.L.‘Notji’, (9 Januari 1882-19 September 1944). Pamongpraja asal Amurang. Pernah
menjabat sebagai Kepala Distrik di Tombasian, serta terakhir sebagai HPB (Hoofd
van Plaatselijk Bestuur=Kepala Pemerintahan Sendiri). Tahun 1935 anggota
Gemeente-Raad Manado dan Minahasa-Raad 1923-1929. Ia pun duduk sebagai pembantu
di Pucuk Pimpinan KGPM 1933.
Jan Tambajong. *) |
TAMBAJONG, Jan Nicolaas, (Amurang 8 Oktober 1867-Amurang 30 November 1938). Hukum Besar Distrik
Amurang (Tombasian) tahun 1897-1910, menggantikan P.B.Tambajong, lalu Hukum
Besar Kakas-Remboken 1919. Sebelumnya pernah menjabat Hukum Kedua. Cucu Jurian
Benjamin Tambajong. Duduk jadi anggota Minahasa-Raad 1919-1923 dari
kiesdistrict (distrik pemilihan) Kakas-Remboken, dan juga periode 1942-1934.
Kawin dengan Francina Everdina Lefrandt, dan peroleh 11 anak. Putra-putrinya
disekolahkan semua, bahkan ke Jawa. Empat putrinya terkenal sebagai Tambajong
Sisters. Salah seorang diantara putrinya Maria Catharina Josephine Tambajong
diperistri Dr.Sam Ratulangi.
TAMBAJONG, Joost, (Amurang
1837-1902). Hukum Kedua Amurang, anak bekas Mayoor Tombasian
Jurian B.Tambajong. Tamatan sekolah dasar Belanda (ELS) di Manado.
Berusia 18 tahun berbicara Belanda dan pintar administrasi, ditemui
Dr.W.R.Baron van Hoevell
(1812-1879) di tahun 1855. Menjadi Hukum Kedua dibawah pamannya
L.Tambajong. Kemudian
sebagai Kepala Distrik Tombasian di tahun 1878 hingga 1885. Kawini
Johanna
Nicolina Agaats (meninggal 1916). Kuburnya bersama istrinya direnovasi
kembali
keturunannya Maret 2005 bersama-sama dengan kubur Jurian Benjamin
Tambajong dan
istri.
TAMBAJONG, Jurian Benyamin, Kepala Distrik Tombasian di tahun 1840, bergelar Mayoor. Tahun 1858 pindah
jadi Kepala Distrik Tombatu. Kawini Rensina yang dibaptis Kristen bernama
Martha Runtuwene, putri Kepala Balak Rumoong Mayoor Lao Runtuwene dan Montjing.
Di Tombasian digantikan saudaranya Laatzar Tambajong.
Mayoor L.Tambajong. *) |
TAMBAJONG, Laatzar, (Amurang 1821-9 Oktober 1884). Kepala Distrik Tombasian sejak 1853, dengan
kemenakannya J.Tambajong sebagai hukum kedua. Tahun 1877 ikut memprotes
pernyataan domein verklaring. Menjabat hingga tahun 1878, lalu diganti Joost
Tambajong. Bergelar Mayoor. Namanya disebut juga sebagai Lazar, namun ada
menyebut Lazarus.
TAMBAJONG, P.Benjamin, (Amurang 31 Oktober
1847-10 Agustus 1927). Hukum Besar Kepala Distrik Tombasian 1885-1897. Anak
Mayoor L.Tambajong. Kawini E.Rambi, putri Mayoor Manuel Rambi.
TAMBOTO, Hukum Mayoor Balak Sarongsong ke-4,
anak Mayoor Tongkotou, dan cicit Lontoh Tuunan (1), serta saudara sepupu dengan
Lontoh Tuunan (2), yang juga menjadi besan dan pewarisnya.
TAMBUWUN, Kepala Balak Sonder
1750-1776, mengganti Lumanauw.
TANGKA WENUM, Kepala Balak
Tondano-Touliang. Disebut berkuasa 1829-1844. Namanya sering disebut juga
sebagai Tangka Wensen. Masanya Pendeta asal Jerman Johann Friedrich Riedel
mulai berkarya di Tondano 1829.
TANGKILISAN, MPA. Dr.Peils Mourits, (24 November 1914). Pamongpraja terkenal. Pendidikan: HIS dan OSVIA Makassar. Jadi Hukum Kedua Tombatu, Kakas, dan
Kauditan tahun 1946. Lalu Hukum Besar Kepala Distrik Amurang 1946-1950. Menjadi
anggota Dewan Minahasa (Minahasa-Raad) dan Mei 1949 dipilih sebagai anggota
Senat Negara Indonesia Timur (NIT) mewakili Minahasa dan dilantik Presiden NIT
28 Mei 1949. Ketua Hoofdenbond, perkumpulan para kepala distrik, dan dua kali
memimpin Minahasa sebagai Kepala Daerah Minahasa (KDM). Pertama, 20 Januari
1950-27 Agustus 1951, dan periode kedua, 9 Juni 1954-1 Juli 1954 selaku Pejabat
KDM. Karirnya kemudian sebagai Residen Sulawesi Utara. Dapat tugas belajar di
Amerika Serikat, raih gelar doktor ilmu administrasi negara dari Unpad 1962.
Kemudian menjadi Walikota Jakarta Raya.
TANOR, Gerson Iverson, Mantan pamong-praja
karir. Pernah Hukum Kedua seperti di Likupang 1951-1958 dan di tahun 1960-an
Hukum Besar Kepala Distrik Ratahan. Ayah Dolfie Tanor, mantan Bupati Minahasa.
TANTERING, Salah seorang Tonaas yang dianggap sebagai pendiri Kawangkoan bersama-sama
Karusa, Lalawi, Mangentas dan Rontos.
TARUMETOR, Pemimpin Remboken terkenal sakti. Menjadi kepala pakasaan. Dikisahkan
sebagai anak tiri kepala pakasaan Tontemboan bernama Kaat. Ketika Bolaang
dibawah Ramokian (salah seorang anak Ramapolii) bersama iparnya Panulogon
menyerang Minahasa awal tahun 1600-an, dan bertahan di Mangket, dekat
Kapataran, Tarumetor menyerbu, lalu membunuh Ramokian, serta merampas
pedangnya, sedangkan Panulogon ditemukan telah tewas. Ia pun memimpin pasukan
Remboken menghadapi Datu Binangkang (disebut versi setempat Ratuwinangkang,
sebagai anak Panulogon dari istri Raunpo’ondou) yang menyerang Minahasa masa
berikutnya. Versi lain sebut identik dengan Retor, pahlawan asal Pareipei yang
beradu tanding dengan Tumalun, pahlawan Tomohon.
TAWALUYAN, Dotu Tondano,
dihadiskan sebagai kepala Tondano ketika masih bertempat tinggal di timur laut
kaki gunung Klabat, di negeri dinamai Lumiang Lumambot. Ketika berburu di
sebelah barat daya, temukan dataran serta danau Tondano yang belakangan
kemudian ditempati rakyatnya, dan dikenal sebagai Tondano sekarang.
Negeri-negeri awal yang dibangun disebutkan Roong Wangko, Tutu dan Wanua Uru
yang berada di kaki gunung Masarang (barat Tondano), serta di Werot dan Wanga
(Talun Oki) dekat Papakelan (timur Tondano).
TENDEAN, Kepala Balak Langowan, disebut yang meneken
Kontrak 10 Januari 1679 mewakili Langowan.
TEWU, Disebut juga Teow
Mamapekasa. Kepala Pakasaan Tondano, diperkirakan mulai tahun 1600
hingga 1630.
TEWU, Kepala Balak
Tondano-Touliang di awal abad ke-19. Menjabat mulai
tahun 1807. Ditahan Belanda 19 Oktober 1808. Ada catatan menjadi kepala
Touliang bersama-sama dengan Sarapung, Matulandi dan Kepel. Pejuang perang
Minahasa di Tondano. Versi menyamakannya dengan Tewu sebagai anak Inelewan dan
Simbo serta cucu Rao (Rauw) dan Royang (tapi dihadiskan memerintah di tahun
1610). Tewu memperistri Toingki dan peroleh anak Moningkaling yang kawini Maas
putri Matulandi. Kemudian putri bernama Peye’ dikawini Rumondor Ratumbuysang
serta Koja dikawini Manampiring.
THOMAS, Th., Hukum Besar Kepala Distrik Manado. Tanggal 20 Agustus 1859 menerima
penghargaan payung kerhomatan dari Residen Manado.
TICOALU, Kepala Balak Klabat di-Atas berkedudukan di Maumbi, mengganti ayahnya
Makalew. Ia meneken perjanjian tanggal 14 September 1810 dengan Inggris, dimana
balaknya harus memasukkan 3.600 gantang setahun.
TICOALU, Drs. Hendrik 'No' Reingardt, (Kawangkoan Airmadidi 13 Desember 1916-20 Juli 1974). Pamongpraja karir.
HIS Airmadidi 1930, OSVIA Makassar 1935 dan sarjana Sospol Unsrat 1966. Mulai
sebagai pegawai pamongpraja di kantor Distrik Ton-sea 20 Oktober 1936-Maret
1938, Mantri Polisi pada Polisi Kota Manado dan AIB Amurang Maret 1938-1947. Hukum Kedua di
Airmadidi, lalu 1928 di Tondano, 1946 di
Manado Utara (catatan lain sudah sejak Jepang sebagai Huku Gunco), 1947 di
Dimembe, dan Kepala Distrik Tomohon November 1949-1951. Pengurus Hoofdenbond
dan terpilih menjadi anggota Dewan Minahasa (Minahasa-Raad) 1947
dan parlemen NIT tahun 1948 selama 2 kali. Kemudian Pejabat Walikota Manado, 29
Maret 1951-1 April 1952. Diperbantukan sebagai Patih pada KDM Minahasa Oktober
1951-Juni 1958. Kepala Daerah Minahasa (KDM), 1 November 1951-6 Agustus 1953.
Diperbantukan pada Kantor Gubernur di Sulawesi Juni 1953, lalu Bupati Kepala
Daerah diperbantukan pada Residen Koordinator Sulut di Manado. Bulan Desember
1956 kembali menjadi KDM, tapi tidak ditimbangterimakan. Sebagai Akting Residen
Koordinator Sulut di Manado. Mei 1961 pegawai tinggi ketatapraja pada kantor
gubernur kepala daerah Sulutteng. Kembali menjadi Pejabat Bupati Minahasa, 16
Oktober 1961-20 November 1961. Pegawai tinggi ketataprajaan Tkt I/Residen Koordinator
Sulutteng di Palu Agustus 1963. Pegawai tinggi ketataprajaan/Residen
diperbantukan di kantor Gubernur Sulut November 1967. Pegawai utama
muda/Gubernur Muda dengan tugas Kepala Inspektorat Daerah pada Kantor Gubernur
Juli 1968-Januari 1973. Kepala Kelompok Ahli pada Kantor Gubernur Januari
1973-20 Juli 1974, serta Rektor Universitas 17 Agustus Cabang Manado 1968
hingga meninggal. Dimakamkan di perkebunan Mapepem Kawangkoan Airmadidi. Terima
Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden. Anak Hukum Tua Alexander Ticoalu.
TICOALU, Lukas, Hukum Besar Kepala Distrik Bantik hingga tahun 1914. Kawini putri Hukum
Besar Arnoldus Mandagi. Ia menggantikan B.R.Dossah sebagai Hukum Besar Bantik.
Disebutkan tokoh yang mendirikan Sea. Digantikan Petrus A.Mandagi.
Waruga Tinangon di Lolah Tua. *) |
TINANGON, Hukum Mayoor Kepala Balak Tombariri 1750-1761. Anak Pacat Supit Sahiri
dengan Woki Konda dan pengganti kakaknya Mongi. Kawin dengan Majokatiu dan
berputra Taroreh. Karena kecewa Belanda tidak mau membangun jalan yang baik, ia
menutup jalan ke ibukota Tombariri di Lolah (tua). Belanda menyiasati dengan
suatu malam melemparkan uang-uang ringgit ke tengah-tengah bambu berduri yang
mengelilingi Lolah. Lalu mereka datang menyuruh tebang bambu itu untuk
mengambil uangnya. Ibukota Tombariri kemudian dipindah ke Tanawangko dan ia
diganti kemanakannya Rengkung anak Mongi. Waruga Tinangon berada di bekas
negeri tua Lolah.
TIRAJOH, Kepala Balak Tonsea
di tahun 1700-an. Mengganti ayahnya Nelwan. Kemudian diganti oleh Xaverius
Dotulong, sedang putranya Dumais menjadi Kepala di Kaasar/Karegesan. Cicitnya
Lukas Wenas kelak berkuasa di Tomohon dan menurunkan keluarga Wenas yang
terkenal.
TOLOLIU, Pemimpin suku Tombulu yang terkenal sakti. Disebut juga Tololiu Tua, dan
merupakan leluhur dari Kepala Tomohon Mayor Ngantung Palar dan Tololiu Palar.
Kuburnya dipercayai berada dibawah patung yang dibuat tahun 1974, juga sebuah
waruga berlokasi berdekatan di Matani III. Ada menyamakannya dengan
Mangangantung, pemimpin Tomohon awal setelah pindah dari Meiesu Kakaskasen, bahkan dengan Tumalun.
TOLOLIU, (TULULIO), Kepala Minahasa di awal abad ke-17. Ia ditemui Spandri (vandrig, Pembantu Letnan)
Christoval Suares yang memimpin ekspedisi Spanyol kiriman Panglima Spanyol di
Ternate Juan de Esquival (berkuasa 1606-1609) ke Manado bulan Agustus 1606. Ia
disebut Raja Manado, masih alifuru dan berhasrat masuk Kristen. Utusan tersebut
membawa cinderamata busana Spanyol, dan umumkan kemerdekaan mereka dari
penjajahan Ternate, sekaligus menawarkan ‘perlindungan’. Kemungkinan besar
adalah Kepala Ares dan atau Raja Bolaang Loloda Mokoagow. Versi Tombulu,
identik dengan Tololiu, pemimpin besar suku Tombulu yang berkedudukan di
Tomohon, yang ketika itu berkuasa juga atas pakasaan-pakasaan di Manado sebagai
wilayah Tombulu.
TOMBOKAN, Kepala Pakasaan Tondano
kedua, diperkirakan 1460-1490. Digelari Mamapekasa. Kisah lain kepala ketiga
sesudah Tamburian dan menjabat selang 1490-1590.
TONGKOTOU, Kepala Balak Sarongsong (masuk Kota Tomohon kini) ke-4,
menggantikan ayahnya Rondonuwu Lontoh. Cucu Lontoh Tuunan (1). Bergelar Hukum
Mayoor. Diganti putranya Tamboto.
TOPURENDENG, Penghulu Kawangkoan. Masanya keluar Ombeng, Mabe, Osoh, Piay, Karingin,
Lalawi, Tontering dan Ronto dirikan negeri-negeri Kinali, Kayuuwi, Lana, Kiawa,
dan Matani. Digantikan Kiroiyan.
TOWOHINDAN, Seorang wanita yang dipercaya menjadi Kepala Ratahan, menggantikan Timpal.
Kelak digantikan Londok yang datang dari Tewoh (Tonsea).
TUJU, Tonaas yang menjadi Kepala Balak
Kawangkoan selang tahun 1804-1815. Ia digantikan Kapantouw.
Johanis Tular. *) |
TULAR, Johanis Herman ‘Nani’, (meninggal 1965). Mantan guru GMIM 1931. Lalu tergabung
dalam perjuangan kelaskaran 1945-1949. Tahun 1950 dilantik sebagai anggota TNI,
berpangkat Sersan Mayor, sebagai personil Batalyon 3 Mei Siliwangi 324.
Kemudian jadi sipil sebagai Kepala Distrik Kedua Tomohon 1958 dan terakhir 1962
Kepala Distrik Tomohon. Nasibnya tidak diketahui.
TUMALUN, Pahlawan dan kepala Tomohon legendaris dari
negeri lama Lingkongkong (kini masuk Matani) yang mengalahkan tokoh raksasa
Remboken asal Pareipei bernama Malonda.
TUMBAIJLAN, Tambailan. Kepala Balak
Langowan pengganti Robot.
TUMBELAKA, Tonaas Tontemboan yang disebut Lazar. Dianggap pendiri Tontemboan di
Leler dekat Kiawa. Waruganya berada seputaran perkebunan Lepo utara Kelurahan
Talikuran Kawangkoan. Di dekatnya juga terdapat waruga yang dipercayai sebagai
kuburan Mamarimbing, Waraney, Rincim Mbene (Rincembene) dan Sela Liow.
TUMBELAKA, Daniel, Kepala Balak Rumoong di tahun 1808 beragama Kristen. Tahun 1810 ikut
meneken Kontrak Perjanjian dengan Residen Inggris Thomas Nelson. Anaknya Andries
Tumbelaka jadi ayah mantu Kepala Distrik Kawangkoan Mayoor Alanos Warokka.
TUMBELAKA, J.B., (Rumoong Bawah 24 Januari 1837-Bitung Amurang 18 Juli 1908). Kepala
Tombasian di Amurang. Menjabat Hukum Kedua dibawah Kepala Distrik P.B.Tambajong
yang juga merupakan sepupunya.
TUMBELWOTO, Dotu dianggap Kepala Pakasaan Sarongsong pertama datang dari
Kinilow-Kakaskasen (Maiesu).
TUMBUAN, Gaspar, (1780-Mei 1864). Kepala Amurang. Pernah jadi Kepala Sarani. Dalam
kuburnya ditulis Kepala Balak Sarani. Kawin dengan Antoineta Runtuwene.
TUMILAAR, Nicolaas Wilhelm, (meninggal 4 April 1842). Tonaas Tontemboan yang memimpin pemindahan
penduduk dari Mawale (negeri lama) ke lokasi baru di Kawangkoan kini. Menjadi
Kepala Balak Kawangkoan tahun 1830 mengganti Poluakan dan menjabat hingga
meninggalnya. Ia diserani 1836 dan memperoleh gelar kehormatan Mayoor dari
pemerintah Belanda.
TUMIWA, Kepala Balak Kawangkoan 1740-1760
menggantikan Lengkong.
TUYU, Kepala Balak Kawangkoan 1804-1815
menggantikan Rondonuwu. Ia meneken kontrak atas nama Kawangkoan dalam Kontrak
dengan Residen Inggris 14 September 1810.
UMBAS, Kepala Balak Kawangkoan periode 1760-
1790 menggantikan Tumiwa. Ia kemudian diganti Rondonuwu.
WAJONG, Herrit Carl, Pamongpraja. Pernah
Hukum Kedua Sonder. Anak Alexander Wajong dan cucu
Herman Carl Waworuntu. Empat kali kawin. 1. Sigar, 2. Wakari, 3. Carolina
Dotulong anak Semuel Dotulong dan ke-4 Leentje Paulina Dotulong, anak Tololiu
Dotulong dan Elisabet Klein.
WAKKARY, Abraham Donatius, (Manado 15 Juni 1796-Manado 29 Maret 1868). Tokoh Minahasa dari Balak Negeri Baru (Manado). Dibaptis Kristen oleh Predikan Barent Abel Joost Coenders van Helpen. Sekolah umur 18 hingga 24 tahun di Manado. Tahun 1824 jadi serdadu dan ke Jawa ikut memerangi Pangeran Diponegoro. Pangkatnya naik dari ordonans, kopral, sersan, sersan mayor dan terakhir Groot Majoor dari kesatuan kavaleri (berkuda). Tahun 1830 masih sersan mayor terima Ridder van de Militaire Willemsorde klas 3, sebagai orang Minahasa pertama menerimanya. Tahun 1831 kembali ke Manado dan diangkat jadi Opziener, dan hingga 1850-an Wijkmeester Letter B Manado. Juga sebagai syamas gereja Protestan Manado.
WAKKARY, Abraham Donatius, (Manado 15 Juni 1796-Manado 29 Maret 1868). Tokoh Minahasa dari Balak Negeri Baru (Manado). Dibaptis Kristen oleh Predikan Barent Abel Joost Coenders van Helpen. Sekolah umur 18 hingga 24 tahun di Manado. Tahun 1824 jadi serdadu dan ke Jawa ikut memerangi Pangeran Diponegoro. Pangkatnya naik dari ordonans, kopral, sersan, sersan mayor dan terakhir Groot Majoor dari kesatuan kavaleri (berkuda). Tahun 1830 masih sersan mayor terima Ridder van de Militaire Willemsorde klas 3, sebagai orang Minahasa pertama menerimanya. Tahun 1831 kembali ke Manado dan diangkat jadi Opziener, dan hingga 1850-an Wijkmeester Letter B Manado. Juga sebagai syamas gereja Protestan Manado.
WAKKARY, Donatius, Disebut sebagai
Kepala Titiwungen di tahun 1808, ibunegeri Balak Negeri Baru. Menjadi salah
seorang kaya-raya.
WAKKARY, L.A., Pejabat pribumi masa Belanda. Hukum Besar Kepala Distrik Manado di tahun 1914-1920.
Tahun 1919 dipilih dari Kiesdistrict Manado sebagai anggota Minahasa-Raad
hingga tahun 1924.
WAKKARY, Nicolaas Willem, Kepala Distrik
Manado bergelar kehormatan Mayoor. Tahun 1895 bersama A.H.Supit dari Tondano mensurvei
kondisi ekonomi di Priangan, Limbangan Garut dan Sukabumi. Kawini Albertina
Lasut, putri bekas Kepala Distrik Tombariri Mayoor J.M.Parera dengan Maria
Lasut.
WAKKARY, William A., Semula kepala
sekolah (meester) di Manado lalu Paniki. Kemudian
diangkat jadi Kepala Distrik Negeri Baru tahun 1860. Tahun 1877 ikut memprotes
Domein Verklaring.
WAKKARY, William Johannes Alexander, (meninggal 1969). Kepala
Distrik Tompaso 1910-1919/1920 di Motoling, lalu Kepala Distrik Tomohon 1919/1920-1923
bergelar Mayoor. Jadi anggota Minahasa-Raad dari Kiesdistrik Tomohon-Sarongsong
1939-Januari 1941, serta Gemeente-Raad Manado 1940-1941.
WALANDOUW, Fransiscus, (3 Februari 1914). Walikota Manado, 1 Maret 1960-15 Juni 1965. Pendidikan:
HIS Langowan, tamat 1926, OSVIA Makassar, 1938. Jaman Jepang 1942 jadi Butjo
(kepala polisi), lalu Hukum Kedua Tumpaan 1946, serta di Tombariri; Hukum Besar
Kepala Distrik Ratahan 1951, lalu tugas belajar di Amerika Serikat. Kembali,
menjadi Walikota Manado. Usai jabatan walikota menjadi Kepala Dinas Pendapatan
Daerah Sulut 10 April 1967-4 April 1969. Putrinya Fransin Margaretha dikawini
Prof.Dr.Nicky Jan Sumual.
WALANGITANG, Arnold, Hukum Kedua
Tondano-Toulimambot. Peristri Elisabeth Tewu, janda Hukum Besar Remboken Elias
Mogot. Peroleh 3 anak: 1.Willem, 2. Charles, dan 3. Andreas Walangitang.
WALANGITANG, Willem, (30 Oktober 1848-23
November 1921). Hukum Besar Kepala Distrik Tombariri di Tanawangko, dan karena
berjasa diberi gelar kehormatan sebagai Mayoor. Anak Arnold Walangitan. Kawini
Leentje Kumolontang. Anak-anaknya: Wolter, Barnet, Jansje, Betsy, Thomas dan
Arnold Walangitan. Dimakamkan di Tanawangko.
WALEWANGKO, Kepala Balak Klabat
di-Atas, yang dihadiskan pada Perjanjian 10 Januari 1699 dengan Belanda,
meneken atas nama balaknya.
WALEWANGKO, Kepala Balak Sonder
1793-1809. Pimpin Sonder masih di Kiawa. Dipuji Residen Manado
George Fredrik Durr sebagai sangat setia pada Raja dan bantu masukkan beras sebanyak 3.200
pikul setahun. Kawin dengan Maligis dan ayah dari Porongkahu. Diganti adiknya
Palar.
WAROKKA, Kepala Kawangkoan. Hidup dan memerintah di Balak
Kawangkoan masih di negeri lamanya, setelah pertengahan abad ke-17 hingga
permulaan abad ke-18. Versi lain sekedar Hukum dibawah Kepala Balak Umbas. Ia disebut
sebagai anak Kumaat dari istri Maruwaya, serta cucu Apo Mamarimbing. Ayah
Pelleh (Pele) Warokka.
WAROKKA, Hukum Besar Kepala Distrik Toulour 1949
menggantikan Paul Kawilarang, dan menjabat hingga Januari 1951. Masanya pemuda
sangat berkuasa, lebihi wibawa pemerintah.
WAROKKA, Alanos (Alanus) ‘Kawengian’, (Kawangkoan 1758-1854). Mayoor, Kepala Balak lalu Distrik Kawangkoan dari
tanggal 26 Mei 1845 hingga tahun 1854 mengganti Mayoor Nicholaas W.Tumilaar. Sebelum dibaptis Kristen bernama Kawengian. Pada 5 Desember 1845 membeli
tanah Kalakeran Kawangkoan di Wenang Manado dari Christoffel Harm seharga f.550
seluas 12.535 m2, namun dalam dokumen hanya ditulis Mayoor Warokka. Kawin
dengan Batjok yang dibaptis Kristen bernama Johanna Tumbelaka (1808-1901). Dan
ayah dari Wilhelmina
(dikawini Daniel Mambu), Jansen Alanos, Daniel Andries, Johanis, Jeremias,
Anganitji, dan Katrina Waroka. Berusia lanjut. Digantikan oleh menantunya
Daniel Mambu.
WAROKKA, Hendrik Alanus, (Kawangkoan 1830-Kawangkoan 3 Juli 1890). Pemimpin Kawangkoan di Distrik
Bawahan Kawangkoan di Amurang, bertempat di Kawangkoan Bawah hingga digabungkan
dengan Tombasian. Menjabat sebagai Hukum Kedua Kawangkoan sejak 1855 dibawah
iparnya Daniel Mambu, lalu
menggantikannya sebagai Kepala Distrik Kawangkoan 1861-1890 (versi lain sebagai
kepala distrik sejak 1856). Masanya tahun 1885 Kawangkoan meluas ke selatan,
karena Tompaso digabungkan (setelah Distrik Tompaso dipindah ke Motoling).
Peroleh gelar Mayoor. Anak Alanus Kawengian Warokka dan Johanna Tumbelaka.
Kawin dengan Jacoba Tumangken. Putra-putrinya: Willem Henri, Calasina Justina,
Adeleida Adriana, Johanna Carolina, Lambertus Alanos, Wilhelmina Jacomina
(dikawini Exaverius W.J.Waworuntu), Martha Adeleida (dikawini Theodorus
Gerungan), Martje, Alexander Frederik Daniel, dan Maria Boki Warokka. Dua
anaknya kemudian menjadi Kepala Distrik, yakni Willem Henri dan Lambertus
Alanos Warokka.
Kubur Jansen Warokka. *) |
WAROKKA, Jansen Alanus, (Kawangkoan 1844-20 Februari 1904). Kepala Distrik Kawangkoan di tahun
1890-1903. Ia memperoleh gelar kehormatan Mayoor, menggantikan Hendrik Warokka dan menjabat
hingga meninggalnya. Anak Alanus Warokka. Sebelumnya sebagai Hukum Tua di
Talikuran dan naik sebagai Hukum Kedua dibawah kakaknya H.A.Warokka, lalu
menggantikannya sebagai Kepala Distrik. Kawin 16 April 1894 dengan Anna Louisa
Parera, putri Mayoor Tombariri J.M.Parera.
WAROKKA, Lambertus ‘Lalanos’ Alanus, Kepala Distrik Kawangkoan November 1909 hingga Oktober
1924, versi lain memerintah 1912/1913 hingga 1920. Naik menggantikan Theodorus
Gerungan. Masanya, berdiri sekolah zending di Kawangkoan 1923, memindahkan
pasar ke lokasi sekarang serta memperbaiki kantor distrik. Kemudian diganti C.J.Tambajong.
Anak Hendrik Alanos. Kawini Ester Nicoline Sumayku, dan ayah 7 anak.
WAROKKA, Willem Henri, (Amurang 1866-Amurang 3 Juli 1936). Hukum Besar Distrik Kakas-Remboken tahun 1915. Sebelumnya Hukum Kedua
Langowan hingga 1904. Ia anak Hendrik Alanos Warokka dengan Jacoba Tumangken. Kawin pertama dengan Dina Lonan, lalu Lefina Runtuwene (1876-10 Januari
1936) putri Mayoor Rumoong. Putra-putrinya: Wilhelmina Lefina, Laurens Lao,
Jan Kapean, Lina, Johanna, Jeannette Martha dan Hendrik Abram Kawengian
Warokka. Dimakamkan di Kawangkoan Bawah Amurang.
WAROKKA, Pelleh (Pele), Tokoh
dan Kepala Balak Kawangkoan. Disebut memerintah 1802-1817. Ada versi di tahun
1808 masih sebagai Kumarua di wilayah seberang Ranoiapo (Kawangkoan Bawah, kini
masuk Amurang). Anak Tonaas Warokka dan ayah dari Kawengian Warokka.
A.R.Warouw. *) |
WAROUW, Albert Robert ‘Rob’, (Kakas 24 Januari 1904-). Pamongpraja karir. Mulai bertugas di Kolonodale
Sulteng 1942, Hukum Kedua di Tomohon 1944, Langowan 1947 dan Kakas 1951, lalu
jadi Hukum Besar Tondano 1 Februari 1952-1954. Ia menjadi Kepala Daerah
Minahasa (KDM) ke-10 1 Juli 1954 mengganti J.P.Mongula yang ditentang karena
dituduh sebelumnya pro-Belanda. Menjabat hingga 24 Desember 1956. Ditunjuk
sebagai Gubernur Sulawesi Utara oleh Permesta hingga 1961.
WAROUW, E(vert) R(yndhart) S(emuel) 'De', (1900-). Pamongpraja.
Pendidikan: Lagerschool dan Hoofdenschool Tondano. Menjadi Hukum
Kedua di Tombatu 1930-1933, Tomohon, 1933 dan Kauditan tahun
1941-1944,1945-1946. Tahun 1929 jadi Hoofd Algemeene Zeken Minahasa-Raad
dan 1935-1942 jadi anggota Minahasa-Raad. Kemudian menjadi Hukum Besar Kepala Distrik
Tomohon 1946-1947, lalu diangkat selaku Burgemeester (Walikota) Manado pertama,
menjabat selang 1 November 1947-30 September 1950. Ayahnya Boudewijn Warouw,
pensiunan Hoofd School Opziener Manado, jadi satu dari 9 anggota panitia
berdirinya gereja otonom (KGPM) Agustus 1932. Kuburnya berada di Malalayang.
WARU, Elias, Pernah menjadi Kepala Tonsea sebelum tahun 1821, disebut sebagai Hukum
Kema.
WATAK, Kepala Balak Ratahan
tahun 1808.
WATUPINAMALANGAN, Pendiri Balak Pasan. Dikisahkan, meninggalkan Pontak bersama saudaranya
Lensung Aloe, karena Raja Sanjang menagih pajak yang tinggi. Ia berpisah dengan
Lensung Aloe di Koka (dataran Abuang) dan bentuk Pasan.
WATUSEKE, Kepala Balak
Pasan(bangko) di menjelang akhir tahun 1600-an. Putrinya Woki Konda diperistri
Supit Sahiri, dan menurunkan penguasa Tombariri lewat dua putranya Mongi dan
Tinangon. Putri Supit dan Woki Konda
bernama Kaampungen kawin dengan Ondi jadi leluhur Daniel Maringka,
Kepala Balak Ratahan di pertengahan abad ke-19.
WAWORUNTU, Leluhur keturunan penguasa Sarongsong. Bernama lain Wenur, anak Rumimper dan Sumaru
Linu, dan cucu Sakul serta Pitur. Seorang kepala di Balak Sarongsong. Menjadi
anak mantu Lontoh Tuunan (1), Hukum Mayoor Kepala Balak Sarongsong, dengan
mengawini putri bungsunya bernama Topowene. Anak-anaknya bernama: Regar, Kalele
dan Tinongtong. Cicitnya bernama Waworuntu juga, menjadi tokoh Kristen pertama
di Sarongsong, sekaligus Tomohon, dibaptis Kristen dengan nama Herman Carl
Waworuntu. Herman Carl Waworuntu hingga semua anak-anaknya masih menuliskan fam
(nama besar)nya dengan Wawo-Roentoe, seperti dalam dokumen
dan tulisan di kubur, namun di generasi
ketiga dan selanjutnya paling banyak memakai Waworuntu, meski ada juga memakai
Wawo-Roentoe atau bahkan Waworoentoe.
Mayoor Bert Waworuntu. *) |
WAWORUNTU (WAWO-ROENTOE), Albert Lasut ‘Bert’, (Ares Manado 28 Oktober 1862-Manado 18 November 1925). Kepala Distrik Sonder bergelar Mayoor 1887-1896. Lulus Sekolah Dasar Eropa Europese Lagere
School
(ELS) di Manado, lalu melanjutkan di Sekolah Raja yang dibuka
1879 di Tondano. Tahun 1880 jadi Hukum Kedua Sonder dibawah ayahnya. Tahun 1889
ke Makassar jadi penerjemah di Lembaga Kehakiman. Digelari Mayoor Bintang,
setelah peroleh gelar kehormatan. Menjadi anggota Minahasa-Raad dari
kiesdistrict Sonder 1919, sekaligus terpilih merangkap sebagai anggota
Volksraad 1919-1924. Di Volksraad
duduk sebagai anggota Nederlands-Indischen
Vrijzinnigen Bond. Terbitkan ‘Manado Courant’ 1909-1911. Ketua
Perserikatan Minahasa tahun 1919. Terakhir banyak mengkritik pemerintah Hindia-Belanda,
terutama dengan pernyataan domein-verklaring. Kawin di Manado 26 September 1885
dengan Amelia Theodora Parera (1868-1951), anak Mayoor J.M.Parera
dari Tombariri serta memperoleh 13 anak. Salah seorang putrinya Tine Magdalena
di tahun 1950 menjadi Walikota Manado. Pertama dimakamkan di Ranomuut Manado,
lalu tahun 1988 dipindah ke pekuburan keluarga di Desa Matani Kecamatan
Tumpaan, Minahasa Selatan.
Mayoor Albertus B.Waworuntu. *) |
WAWORUNTU, Albertus Bernadus
’Manopo’, (Sarongsong 1820-1887). Jaksa Kepala (Hoofddjaksa) Manado 1854-1861, lalu Kepala Distrik Sonder bergelar Mayoor
1861-1887. Anak kedua Mayoor Sarongsong Herman Carl Waworuntu. Berpendidikan
Sekolah Dasar Belanda (Europesche Lagere School) di Manado lalu
melanjutkan di Sekolah Raja (Hoofdenschool) Tondano. Ke Jawa 1845-1847
belajar teknik menanam padi dan kopi. Ketika kembali jadi Asisten Agraria, dan
tahun 1854 Hukum Kedua Sarongsong, lalu Hoofd Jaksa ganti Outfoort Pelenkahu
1854 juga. Tanggal 14 Agustus 1871 membeli tanah Kalakeran Distrik Sonder di
Manado seluas 38.952 m2, dengan harga f.1.200. Kawin 3 kali. Pertama, dengan
Carolina Gerungan putri Hukum Kedua Tondano-Touliang Estefanus Gerungan,
peroleh 5 anak dan meninggal 1858. Kedua kawin dengan Ariantji Lengkey dan
istri ketiga dikawini 25 Februari 1861 Aaltje Lasut (lahir 12 September 1844,
putri Mayoor Ares Rares Johakim Bernard Lasut dengan Katharina Dotulong). Dari
Aaltje Lasut memperoleh anak yang menjadi terkenal Albert Lasut dan Exaverius
Walewangko Jacob.
WAWORUNTU, B.Y.Tani, (16 Juni 1925-14 September 1981). Pamongpraja. Pernah Hukum Kedua Tomohon
1950-1951. Anak Oxford Pelenkahu Waworuntu dan cicit Mayoor Zacharias
Waworuntu.
WAWORUNTU, Carolus Adriaan, Kepala Distrik
Kawangkoan 1929 (versi lain sejak 1932 hingga 1943, yang di kemudian hari
beroleh gelar kehormatan sebagai Mayoor. Ia menggantikan pejabat W.F.L.Mogot.
Masanya memerintah didirikan poliklinik disamping gereja 1930, bangun sekolah
zending yang roboh karena angin 1929 di tahun 1931 kemudian dibangun luas 1934.
Lalu dirikan dan pimpin Comite van Plaatselijke Belangen Kawangkoan
mengurus keperluan umum Kawangkoan. Juga jadi anggota Minahasa-Raad 1935-1942. Pensiun,
kelak dikenal sebagai salah seorang pengurus Komite Ketatanegaraan Minahasa
(KKM) di tahun 1948. Anak Dirk Waworuntu dan cucu Mayoor Zacharias Waworuntu.
Mengawini Jacoba Carolina Wakary. Sebelumnya Hukum Kedua di beberapa tempat,
seperti di Tombariri berkedudukan di Tara-Tara hingga 1911.
WAWORUNTU, Dirk, (Sarongsong
1845-Ratahan 27 Mei 1899). Hukum Kedua Pasan-Ratahan-Ponosakan. Putra Mayoor
Sarongsong Zacharias Waworuntu, dan memperistri Adolfina Sahelangi, anak Estephanus
Sahelangi kepala distriknya.
WAWORUNTU, Dirk Hendrik, Pamongpraja karir. Pernah Hukum Kedua di Tompasobaru 1952-1954, Tomohon,
1956-1961, lalu merangkap Wakil Hukum Besar Distrik Tomohon 1957 dan Hukum
Besar Tomohon 1958. Usai pergolakan Permesta menjadi pengusaha, sebagai pemilik
Hotel 'Minahasa'. Anak Carolus A.Waworuntu, keluaran OSVIA, mengawini Lies
Mariana Waworuntu.
Pius Waworuntu. *) |
WAWORUNTU, Exaverius 'Pius'
Walewangko Jacob, (lahir 27 Juli 1868). Kepala Distrik Sonder 1887-1910
(versi lain 1896-1904). Sebelumnya Wakil Hukum Kedua Sonder lalu Hukum Kedua
Manado. Disebutkan ia kemudian menjadi Raja di Sangir selama 5 tahun. Tahun
1920-1923 jadi anggota Gemeente-Raad Manado dan Minahasa-Raad
1919-1926 dari kiesdistrict Kawangkoan. Menikah dengan Wilhelmina 'Mien'
Warokka, bekas guru wanita pertama di Meisjesschool (Sekolah Nona) Tomohon. Ia
adalah adik Albert Lasut Waworuntu. Kepada keturunannya ia mewariskan tanah
seluas 144 hektar.
Mayoor Herman C.Waworuntu. *) |
WAWORUNTU, Herman Carl, (Sarongsong 1781-1854).
Mayoor Kepala Balak Sarongsong 1819-1854. Anak Manopo dengan Wuaimbene dari
Remboken. Ayahnya adalah Kumarua (Hukum Kedua) Sarongsong di Lahendong. Setelah
didekati Pendeta Tomohon Nicolaus Philep
Wilken, diserani Kristen Protestan bulan April 1847 oleh Inspektur Zendeling
NZG Ds.L.J.van Rhijn. Dengan demikian, menjadi kepala Sarongsong (dan juga
Tomohon pertama) yang masuk Kristen. Meski Kristen, ia memiliki tiga istri.
Istri pertama yang diakui adalah Tolang yang diserani bernama Sarah Rengkung,
putri Mayoor Rengkung dari Tombariri yang memberinya 3 putra terkenal, yakni
Zacharias Waworuntu, Albertus Bernadus Waworuntu dan Johanis Waworuntu. Istri
kedua adalah Maria Tenden dan istri ketiga Tewi. Ia juga yang memimpin
pemindahan Sarongsong dari negeri tua di Tulau-Amian Nimawanua ke tempat
sekarang, 1845. Meninggal di Sonder dan dimakamkan di pekuburan keluarga
di Kelurahan Tumatangtang Sarongsong (kini Kecamatan Tomohon Selatan).
WAWORUNTU, Herman Karel, (Tumpaan 24 Mei 1906-Tomohon 8 Juli 1970). Hukum Besar Kepala Distrik Amurang 1946. Sebelumnya Hukum Kedua, antaranya
di Tumpaan tahun 1933. Putra
Mayoor Albert Lasut Waworuntu. Kawini Louise Sabine Wenas anak Herman Wenas
(Pontianak, 14 Januari 1926-Serpong 2 April 1997).
WAWORUNTU, Jellesma, (lahir 1830). Hukum
Kedua Onderdistrik Sarongsong sejak 1879-1889. Anak Herman Carl Waworuntu dari
istri kedua Maria Tenden.
WAWORUNTU, Johanis ‘Pandyrot’, (lahir Sarongsong 1826).
Anak Mayoor Sarongsong Herman Carl Waworuntu. Jadi Hukum Kedua Sarongsong
1854-1879. Diberhentikan karena protes atas pemberlakuan Domein Verklaring.
Kawin pertama dengan Christina Ngantung dan kedua dengan Doortje Mamahit.
Mayoor Zacharias Waworuntu. *) |
WAWORUNTU, Zacharias ’Wawolly’, (Sarongsong 1816-Sarongsong 8 Juli 1881). Kepala Distrik Sarongsong
menjabat dari 1854-1881. Memperoleh gelar kehormatan sebagai Mayoor tanggal 30
Juni 1855 karena jasa-jasanya atas pemasukan kopi dan pembayaran pajak. Anak
tertua dan pengganti Herman Carl Waworuntu. Belakangan memprotes keras
pernyataan domein sehingga dipensiunkan. Mengawini Dolsina Pelenkahu (hidup
1822-15 April 1892), putri Kepala Distrik Tonsea Mayoor Lukas Pelenkahu dan
Theresia Manopo. Putrinya Neltje dikawini Herman Wenas yang kelak menjadi
Kepala Distrik Tomohon-Sarongsong.
WAWU KONDA, Putri Kepala Bantik
yang diculik bersama saudaranya Wawu Tumape, dan disayembarakan. Kepala Walak Kakaskasen Mainalo Parengkuan berhasil menang dan
memperistrinya. Ketika hamil dikembalikan ke Bantik, dan dikisahkan makin
mendekatkan hubungan antara Kakaskasen dengan Bantik yang sebelumnya terus
berseteru.
WENAS, Hukum Tonsea beragama
Kristen di tahun 1715. Namanya ditulis Benas.
WENAS, Abraham 'Bram' Gerard Robert, Pamongpraja karir, lulusan HIS Tomohon, MULO dan OSVIA.
Hukum Kedua Langowan 1937-1939, Hukum Kedua Motoling 1942, Hukum Kedua Toulour
(Tondano) dan pejabat Kepala Distrik Toulour, Februari 1946 selama Kepala
Distrik Herman Wenas mengungsi di Amurang, Berikutnya Kepala Distrik Tomohon
1946-1947. Lalu patih di Lombok NTB dan Bali 1960. Pensiun Residen. Kawini
Petronella Lintjewas (lahir 1917).
Albert Wenas. *) |
WENAS, Albert, Pamongpraja. Pernah
Hukum Kedua di Kakas tahun 1905. Anak Kepala Distrik Tomohon Lukas Wenas.
Kawini Eliseba Sarapung dan Jacomina Ngantung.
WENAS, Alexander, (Tomohon 1 November
1848-25 Maret 1912). Hukum Kedua di Kakaskasen, Sarongsong dan Tomohon. Tiga
kali kawin, dengan Benyamina Lasut, Mina Awuy dan Mina Rondonuwu.
Mayoor Herman A.Wenas. *) |
WENAS, Herman A., (Tomohon 26 Februari
1843-8 Mei 1921). Pensiunan Kepala Distrik Tomohon-Sarongsong bergelar Mayoor,
menjabat 1881-1913. Anak Lukas Wenas, kawini putri Mayoor Sarongsong Zacharias
Waworuntu bernama Neeltje, lalu tanggal 18 Agustus 1883 dengan Josephina Carolina
Engelina Weijdemuller, masih cucu Zacharias juga (anak Joost Weijdemuller dan
Wilhelmina Waworuntu). Tahun 1861 jadi mantri ukur dilatih Kontrolir
J.G.F.Riedel, lalu jadi Klerk kantor Distrik Tomohon. Ketika Sekolah Raja (Hoofdenschool) dibuka tahun 1865,
masuk jadi murid. Hanya 2 tahun, lalu jadi Hukum Kedua Tomohon, dan kemudian
mengganti ayahnya Lukas Wenas sebagai Hukum Besar Tomohon tahun 1878. Kemudian
juga mengganti ayah mantunya Zacharias Waworuntu di Distrik Sarongsong tahun
1881, sebagai Hukum Besar distrik gabungan Tomohon-Sarongsong. Karena berjasa
tak lama berselang memperoleh gelar kehormatan dari pemerintah Belanda sebagai
Mayoor.
Mayoor Herman J.Wenas. *) |
WENAS, Herman Jacob, (Sarongsong 17
Juni 1901-Jakarta 24 Agustus 1974). Pamongpraja karir. Mengawali sebagai
pegawai kantor pos di Kaltim, Jabar dan Kalbar 1927-1927. Lalu menjadi Hukum
Kedua di Modoinding, Tumpaan, Kakas dan Tomohon selang 1927-1935 (catatan lain
Januari 1931-Januari 1933). Ke Belanda 1935-1936, dan ketika kembali, menjadi
Hukum Kedua di Manado 1936-1937, dan di Kauditan 1937-1938. Anggota Minahasa-Raad
1935-1942. Naik menjadi Hukum Besar Tonsea, 1938-1942, Hukum Besar Kawangkoan
1942-1945, Hukum Besar Toulour (Tondano) 7 Januari 1946 gantikan A.H.D.Supit,
menjabat hingga akhir 1946. Lalu jadi Hukum Besar Manado 1946-1947. Bulan
Agustus 1947 peroleh gelar kehormatan Mayoor
van Minahassa. Menjadi wakil Minahasa dalam Konperensi Denpasar (7-24
Desember 1946), dan otomatis sebagai anggota parlemen NIT sejak 24 Desember
1946 hingga 1948, saat menjadi pengurus besar Twapro. Kelak bekerja di Biro
Restruktur Nasional di Makassar (1952-1953) dan di Jakarta 1953-1954. Pensiun
1954. Anak Lodewijk Wenas, dan adik kandung Ds.A.Z.R.Wenas. Kawini Rosalia
Helena Pande-Iroot, anak Herling Pande-Iroot, Hukum Besar Ratahan.
WENAS, Joost Alexander Karel, (20 Mei 1884-18 April 1945). Anak
Mayoor Tomohon Herman A.Wenas dengan Josephina Carolina Weydemuller. Tahun 1919
ambtenar diperbantukan di Volkereddietweze
dipilih jadi anggota Minahasa-Raad dari Kiesdistrict Tomohon-Sarongsong
menjabat hingga 1923. Kepala Distrik Tonsea hingga tahun 1928, lalu pindah ke
Jawa. Pensiun sebagai Ajun Kontrolir. Kawini Mathilda Jacoba ‘Dien’ Rotinsulu
(1886-1981), anak Jacob Rotinsulu. Ayah G.R.A. ‘Bram’ Wenas, dan kakak kandung
R.I.F.Wenas. Dimakamkan di pekuburan Wenas Talete I Tomohon.
WENAS, Kaemor ‘Mong’ Lombogia, (18 April 1905-4 Juli 1984). Pamongpraja. Pernah Hukum
Kedua di beberapa tempat, seperti di Tatelu 1942, lalu menjadi Hukum Besar, dan
di saat penyerahan kekuasaan oleh Jepang sebagai pegawai di kantor walikota
Manado, diangkat menjadi Wakil Walikota Manado, Agustus 1945. Dimakamkan di
pekuburan Wenas Talete I Tomohon.
WENAS, Lodewijk, (Mei 1866-7 Januari
1907). Hukum Kedua di Tombatu/Ratahan, Kakaskasen (1892-1902) dan Tomohon
hingga 1907. Kawin pertama dengan Sarah Rambi (anak Manuel Rambi dan ibu
kandung Ds.A.Z.R.Wenas). Kawin kedua dengan Poppy Lumanau anak Hermanus
Lumanauw.
Lukas Wenas. *) |
WENAS, Lukas, (Tomohon 1800-Tomohon
25 Januari 1881). Hukum Besar Kepala Distrik Tomohon, keturunan para kepala
Tonsea. Mulai sebagai Hukum Tua Talete tahun 1831-1853, Kepala Distrik Kedua
Tomohon 1853-1862, dan kelak sebagai Kepala Distrik Tomohon 1862-1878.
Menentang penerapan Domein Verklaring
sehingga diganti Belanda, dengan menempatkan anaknya Herman A.Wenas. Kawini dua
wanita. Salah seorang istrinya Elisabet Pangemanan Lontoh (disebut juga
Elisabet Putih Lontoh) yang meninggal 27 Juli 1890 adalah cucu Lontoh Tuunan
(2). Menurunkan keluarga penguasa Tomohon. Namanya sebelum dibaptis Kristen
adalah Werwer.
WENAS, Petrus Hendrik, (Tomohon 1839-Rurukan
Tomohon 1891). Hukum Kedua Tomohon di Rurukan yang ikut menentang Domein
Verklaring seperti ayahnya Lukas Wenas. Kawini anak Mayoor Sarongsong Zacharias
Waworuntu, yakni Sarah Emma (1841-1 Oktober 1909).
WENAS KOLANO, Kepala Pakasaan Tonsea. Nama lainnya Inelewan dan disebut bersaudara dengan Wenas
Mainsiow. Memperoleh 3 putra, yakni Wenas Lumanau, Lengkong Wuaya dan Nelwan.
Menurunkan kepala-kepala balak Tonsea serta keluarga Wenas yang terkenal.
WENAS LUMANAUW, Kepala Tonsea, anak
Wenas Kolano. Anaknya Runtukahu Lumanauw, dan kakek dari Hukum Mayoor Xaverius
Dotulong.
WENAS MAINSIOW, Kepala Tonsea di negeri tua Tonsea Lama.
Saudara Wenas Kolano.
WENSEN, J., Kepala Tondano-Touliang. Menjadi menantu
Kepala Distrik Mayoor Dirk Ratumbuysang, kawini putri tertuanya C.Ratumbuysang,
dan diangkat jadi Hukum Kedua sebelum diganti iparnya Jacob Gerungan yang kelak
naik gantikan Mayoor Dirk. Karena anti-Belanda dibuang di Banyuwangi Jatim dan
meninggal disana. Putrinya Pina Wensen diperistri Estefanus Arnold Gerungan,
tapi kemudian mengikuti ayahnya.
WILAR, Kepala Balak Kawangkoan, memerintah
1695-1700.
WOLO (H), Tonaas yang dianggap sebagai Kepala Balak Kawangkoan
ke-10. Ditaksir hidup tahun 1600-an hingga 1680. Putranya Karamoy disebut
pendiri Songkel (Sonder) bersama-sama Mangowal, Pesik, Keintjem, Toporundeng
dan Palar.
WONGKAR, Kepala Tombulu berasal dari Kakaskasen (sering disebut juga Kinilow, kini
masuk Kota Tomohon) yang menjadi pemimpin di Kali, kemudian mendirikan Manado bersama-sama Kalangi.
Waruga Worang. *) |
WORANG, Pahlawan suku Tombulu dari Balak Kakaskasen.
Waruganya berada di negeri tua Kakaskasen Nimawanua, lalu dipindah di lokasi
baru di Kakaskasen III, masa Gubernur H.V.Worang yang dihadiskan merupakan
keturunannya. Ada versi bila yang dimaksud adalah tonaas Wungkar atau Bungkar,
Kepala Kakaskasen di tahun 1600-an, atau bahkan Worung, pahlawan Kakaskasen
yang terlibat dalam perang melawan kerajaan Bolaang.
WOROTIKAN, Jotham Augustinus, (meninggal di Airmadidi 1945). Mantan pamongpraja. Di tahun 1880 menjadi guru hukum adat Minahasa di Hoofdenschool (Sekolah Raja) di Tondano.
Pernah Hukum Kedua Manado dan Kakaskasen. Menulis buku Geschiedenis uit de
sagen van de Minahasa. Anak Zeth Worotikan, Hukum Tua Kamangta pertama,
kakak Maartje Pantouw-Worotikan. Kawin dengan Hebe Wajong.
WUISANG, Dianggap sebagai Kepala Balak Tondano-Touliang pertama, dihadiskan
memerintah sejak tahun 1750-1760, kemudian digantikan Sumondak.
WUNGKAR (WONGKAR?), Kepala Balak Kakaskasen.
Tahun
1619 ditemui di Kali (kini masuk Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa, saat
itu masuk wilayah Kakaskasen) oleh Padri Fransiskan Blas Palomino.
WUWUNG, Pemimpin suku Tombulu
di Tomohon, memerintah 1600-1624. Peristri Orei (Maorei),
dan ayah dari Lumi Worotikan yang terkenal.
WUYSANG, Alexander, Tokoh Balak Tondano-Touliang
dikenal sebagai pahlawan dan telah beragama Kristen. Tahun 1829 ikut pasukan
Tulungan sebagai Letnan Dua lalu naik Letnan Satu pasukan infantri, memerangi
Pangeran Diponegoro. Anak Gerrit Wuysang (versi lain famnya ditulis Wuijsan).
WUYSANG, Gerrit J., Hukum Kepala Tondano-Touliang di Kapataran (kini Kecamatan Lembean Timur
Kabupaten Minahasa) tahun 1808. Telah beragama Kristen, dan menjadi salah seorang
tokoh dalam perang Minahasa di Tondano 1808-1809. Melakukan perdagangan barter
senjata dengan Inggris untuk persenjatai pejuang di Minawanua Tondano.
WUYSANG, K.J., Pamongpraja, tahun 1919 menjabat Hukum Kedua Eris Distrik Tondano-Touliang
dan dipilih jadi anggota Minahasa-Raad dari Kiesdistrict Tondano-Touliang,
hingga 1920.
Foto
dan repro foto Bodewijn Talumewo, repro foto kel.turunan Waworuntu,
Wenas, Supit, Tular dan foto Didi Sigar.
PUSTAKA
Adrianus
Kojongian Dkk.,’Ensiklopedia Tou Manado’.
Berbagai
sumber literatur Minahasa.
Berbagai
silsilah, slagbom keluarga keturunan penguasa Minahasa.
Dank je wel voor thuis info cause I can to know all mijn Family.Opa Wawaruntu,Exafarius'Pius'Walewangko Jacob(adik dari Opa Albert Lasut Wawaruntu)Married with Oma Wilhelmina'Mien'WAROKKA(Oma ever tobe 1st Lady Teacher in Meisjesschool((Sekolah Nona))To Be King in Sangir(Talaoed)in 5 Jaar.Je T'aime alles mijn Family.
BalasHapus